Haru Biru Perpisahan Sri Mulyani di Kemenkeu
FaktaSehari – Aula Mezzanine, Gedung Djuanda 1, menjadi saksi bisu perpisahan yang menyentuh hati dari sosok Menteri Keuangan yang begitu dihormati—Sri Mulyani Indrawati. Tak sekadar acara seremonial, momen ini berubah menjadi ajang pelampiasan emosi yang mendalam. Suasana haru terasa sejak awal acara, ketika Sri Mulyani menyampaikan pidato terakhirnya sebagai Bendahara Negara. Kata demi kata yang ia ucapkan penuh makna dan menggambarkan kedekatannya dengan para pegawai.
Saat lagu “Bahasa Kalbu” dinyanyikan, suasana menjadi sangat emosional. Tangis pecah dari berbagai sudut ruangan. Sri Mulyani sendiri terlihat menyeka air matanya sambil bersandar di bahu suaminya, Tonny Sumartono. Para pegawai pun tak kuasa menahan air mata mereka. Bagi banyak orang, momen ini lebih dari sekadar perpisahan. Ini adalah perayaan atas dedikasi, integritas, dan kepemimpinan seorang Sri Mulyani selama bertahun-tahun memimpin Kementerian Keuangan.
Perjalanan Panjang Pengabdian
Sri Mulyani bukanlah nama baru dalam jajaran elite pemerintahan Indonesia. Ia memulai pengabdiannya sebagai Menteri Keuangan pada 2005 di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian, ia kembali menjabat di tahun 2016 saat Presiden Joko Widodo memintanya kembali mengisi pos Bendahara Negara. Terakhir, ia dipercaya Presiden Prabowo Subianto hingga masa jabatannya berakhir pada 8 September 2025.
Dalam kurun waktu sekitar 13 tahun menjabat, banyak kebijakan penting yang ia lahirkan. Ia dikenal karena keberaniannya dalam mereformasi birokrasi keuangan, menjaga defisit anggaran tetap sehat, serta menjunjung tinggi transparansi dalam pengelolaan keuangan negara. Tak hanya soal kebijakan, kepemimpinan Sri Mulyani juga dikenal tegas namun penuh empati, menjadikannya sosok yang dihormati di dalam dan luar negeri.
“Baca Juga : Purbaya Yudhi Sadewa Ungkap Alasan Prabowo Pilih Dirinya Gantikan Sri Mulyani”
Perpisahan yang Menggetarkan Hati
Usai acara perpisahan, Sri Mulyani berjalan meninggalkan aula yang telah menjadi ruang kerja dan diskusi selama bertahun-tahun. Namun, langkahnya diiringi gelombang rasa terima kasih yang luar biasa dari para pegawai. Dari saat ia keluar aula hingga mencapai gerbang gedung, ratusan pegawai Kemenkeu memberikan tepuk tangan meriah, bunga, ucapan perpisahan, hingga tangis haru.
Momen ini tidak hanya menyentuh, tapi juga langka. Tak banyak pejabat negara yang dilepas dengan begitu emosional dan penuh penghormatan. Bahkan, beberapa pegawai rela berdesakan untuk bisa mendekat, sekadar bersalaman atau berfoto bersama. Kepergian Sri Mulyani dari gedung Kementerian Keuangan menjadi simbol berakhirnya sebuah era—era kepemimpinan yang kuat namun penuh kehangatan.
Wejangan Terakhir Sang Menteri
Dalam pidato terakhirnya, Sri Mulyani tak hanya mengucap salam perpisahan. Ia juga meninggalkan pesan mendalam bagi seluruh jajaran Kementerian Keuangan. Ia berpesan agar para pegawai tetap menjalankan tugas negara dengan penuh tanggung jawab, menjaga integritas, dan selalu bekerja secara profesional.
“Jalankan tugas sesuai amanah, profesional, kompeten, dan jaga integritas. Bantu pimpinan baru dan terus laksanakan tugas dengan dedikasi,” ucapnya. Wejangan ini menjadi semacam panduan moral yang akan terus hidup di lingkungan Kemenkeu. Sri Mulyani tahu, tantangan birokrasi tidak akan pernah berhenti, dan integritas adalah tameng utama dalam menghadapi berbagai tekanan.
“Simak Juga : BPJS Ketenagakerjaan Siap Lindungi Buruh Terdampak Isu PHK Massal Gudang Garam”
Ucapan Terima Kasih dari Pegawai
Ratusan pegawai yang hadir bukan sekadar formalitas. Mereka datang dari hati, untuk mengucapkan terima kasih kepada pemimpin yang telah membimbing mereka dengan teladan. Banyak yang membawa bunga, kartu ucapan, bahkan ada yang menulis surat khusus untuk diserahkan langsung. Tangisan dan pelukan menjadi pemandangan umum sore itu.
Para pegawai merasa kehilangan figur pemimpin yang selama ini menjadi panutan. Sosok yang tak hanya hadir dalam kebijakan, tapi juga hadir dalam kehidupan sehari-hari mereka. Momen ini menunjukkan bahwa penghormatan tidak bisa dipaksakan—ia lahir dari kedekatan emosional, dari keteladanan, dan dari kepemimpinan yang dirasakan langsung oleh mereka yang dipimpin.
Lambaian Tangan Terakhir
Saat mobil Sri Mulyani perlahan keluar dari area Gedung Kementerian Keuangan, banyak pegawai yang masih bertahan di sisi jalan, melambaikan tangan dan meneriakkan ucapan perpisahan. Dengan senyum dan mata yang masih sembab, Sri Mulyani membalas lambaian itu dari balik kaca jendela mobil.
Itulah momen terakhir dari perjalanan panjang seorang Sri Mulyani di Kementerian Keuangan. Meski ia telah pergi secara fisik, namun warisan moral, nilai, dan kenangan akan terus hidup dalam institusi ini. Kini, tanggung jawab besar berada di tangan Menteri Keuangan yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa. Harapan pun tertuju padanya untuk meneruskan jejak langkah seorang pemimpin besar yang telah pergi, namun tak pernah benar-benar hilang dari hati.