Teluk Pangpang: Konservasi Mangrove yang Mengubah Wajah Pesisir

Teluk Pangpang: Konservasi Mangrove yang Mengubah Wajah Pesisir

FaktaSehari – Di Banyuwangi, konservasi mangrove di Teluk Pangpang tak lagi sekadar proyek pelestarian lingkungan. Program ini telah menjelma menjadi model keberlanjutan yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat. Bersama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, kawasan ini kini menjadi contoh nyata bagaimana ekosistem dapat tumbuh seiring peningkatan kesejahteraan nelayan. Tidak hanya menjadi pelindung pantai dari abrasi, mangrove di sini kini juga menjadi sumber kehidupan. Udara lebih segar, air lebih bersih, dan hasil tangkapan nelayan meningkat secara signifikan. Ini bukan sekadar perubahan lanskap, tapi transformasi menyeluruh terhadap cara hidup dan cara pandang warga pesisir terhadap alam mereka sendiri.

Regenerasi Mangrove: Menyatukan Lingkungan dan Kesejahteraan

Program bertajuk Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Regenerasi Hutan Mangrove adalah langkah berani BNI dalam mengintegrasikan konservasi dengan pemberdayaan sosial. Tidak berjalan sendiri, BNI menggandeng tokoh lokal, masyarakat pesisir, serta komunitas nelayan untuk menjadi penggerak utama. Ini adalah pendekatan kolaboratif yang sangat penting. Mengapa? Karena ketika masyarakat dilibatkan secara langsung, mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap perubahan. Hasilnya, program ini tidak sekadar berjalan, tapi tumbuh dan berkembang. Tanpa keterlibatan aktif warga, upaya konservasi sering kali berhenti di papan peresmian. Tapi di Teluk Pangpang, akar-akar mangrove menancap kuat bersama tumbuhnya harapan baru bagi generasi pesisir.

“Baca Juga : Paket Stimulus Ekonomi: BLT & Pemagangan untuk Masyarakat”

M Saeroni: Wajah Lokal di Balik Gerakan Mangrove

Di balik keberhasilan program ini, nama M Saeroni patut mendapat sorotan khusus. Sebagai warga lokal, ia tidak hanya memimpin kegiatan penanaman mangrove, tetapi juga menjadi jembatan antara komunitas dan pihak luar. Perannya jauh melampaui sekadar relawan lingkungan. Ia menjadi edukator, penggerak ekowisata, sekaligus penyambung visi konservasi dengan kenyataan di lapangan. Yang menarik, pendekatannya sangat manusiawi. Ia tidak memaksakan perubahan, tapi mengajak warga untuk memahami manfaat dari apa yang mereka tanam. Dalam banyak hal, Saeroni adalah cerminan dari transformasi itu sendiri: dari nelayan biasa menjadi agen perubahan, dari warga lokal menjadi pahlawan konservasi.

Mangrove Sebagai Jantung Ekonomi Baru Pesisir

Kini, mangrove di Teluk Pangpang tidak hanya berfungsi ekologis, tetapi juga menjadi pilar ekonomi baru. Keberadaannya memperkaya biodiversitas laut, yang pada gilirannya meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Selain itu, kawasan ini mulai dilirik sebagai destinasi ekowisata. Pengunjung datang bukan hanya untuk melihat keindahan alam, tetapi juga belajar tentang peran mangrove dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Pendapatan tambahan dari jasa wisata, kuliner lokal, dan produk olahan mangrove mulai menggeliat. Dalam konteks ini, ekosistem mangrove bukan sekadar benteng alam, tapi juga sumber harapan ekonomi yang berkelanjutan. Ini adalah contoh bagaimana pelestarian bisa berjalan beriringan dengan pembangunan.

“Simak Juga : Warga Negara Asing untuk BUMN? Pandangan Mensesneg Prasetyo Hadi”

BNI dan Pendekatan Keberlanjutan yang Holistik

Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, menegaskan bahwa pendekatan perusahaan dalam program ini bersifat menyeluruh. Tidak hanya menyentuh aspek lingkungan, tapi juga aspek sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Langkah ini mencerminkan komitmen BNI untuk melampaui tanggung jawab CSR biasa. Dalam siaran persnya, Okki menyatakan bahwa BNI ingin terus memperkuat inisiatif yang mampu meningkatkan kualitas hidup warga secara nyata. Pendekatan holistik ini penting, karena masalah lingkungan tidak bisa dipisahkan dari tantangan sosial. Ketika masyarakat diberdayakan dan dilibatkan, mereka bukan hanya menjadi penerima manfaat, tapi juga penjaga alam terdepan.

Infrastruktur Pendukung: Fondasi Menuju Ekosistem Mandiri

Tak hanya fokus pada tanam mangrove, program ini juga membangun fondasi penting bagi kesejahteraan masyarakat. Pembangunan sarana air bersih, fasilitas ibadah, dan toilet umum di sekitar kawasan konservasi menunjukkan betapa seriusnya BNI dalam menciptakan ekosistem yang benar-benar mandiri. Akses air bersih, misalnya, langsung meningkatkan kualitas hidup warga dan pengunjung. Fasilitas publik lain juga mendukung aktivitas wisata dan edukasi. Semua elemen ini saling terkait, membentuk rantai nilai yang memperkuat keberlanjutan. Ini bukan pendekatan tambal sulam, melainkan pembangunan terencana yang memadukan ekologi, sosial, dan ekonomi dalam satu harmoni.