Indonesia Mulai Ekstensifikasi Sawit 2026: Langkah Besar Menuju Produksi 100 Juta Ton CPO

Indonesia Mulai Ekstensifikasi Sawit 2026: Langkah Besar Menuju Produksi 100 Juta Ton CPO

FaktaSehari – Pada awal 2026, pemerintah melalui Kementerian Pertanian mulai menjalankan program Ekstensifikasi sawit sebagai strategi jangka panjang untuk meningkatkan produksi minyak kelapa sawit nasional. Plt. Dirjen Perkebunan, Abdul Roni Angkat, menjelaskan bahwa langkah ini menjadi pondasi untuk mencapai target ambisius 100 juta ton CPO pada tahun 2045. Ia menegaskan bahwa perluasan lahan sangat penting agar Indonesia tetap menjadi pemain utama dalam industri sawit global. Dengan target penambahan lahan seluas tiga juta hektar hingga dua dekade mendatang, pemerintah ingin memastikan bahwa kebutuhan domestik dan ekspor dapat terpenuhi secara berkelanjutan. Program ini juga menjadi sinyal kuat bahwa sektor sawit masih menjadi tulang punggung ekonomi nasional di tengah tantangan iklim dan persaingan internasional.

Pembukaan 600.000 Hektar Kebun Baru untuk Sawit Rakyat

Pada tahap awal, pemerintah akan membuka 600.000 hektar lahan baru yang difokuskan untuk memperkuat kebun sawit rakyat. Dari total tersebut, sekitar 400.000 hektar dialokasikan untuk pembangunan kebun plasma, terutama di wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Selatan. Pemerintah ingin memastikan bahwa perluasan sawit tidak hanya menguntungkan korporasi besar, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani kecil. Dengan demikian, pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan pemerataan ekonomi yang lebih baik di berbagai daerah penghasil sawit. Selain membuka akses bagi masyarakat, langkah ini juga membantu mempercepat transformasi sawit rakyat agar lebih produktif dan kompetitif.

“Baca Juga : Produksi Emas Freeport Anjlok: Dampak Longsor Bawa Efek Panjang hingga 2026”

Peran BUMN dan Peluang untuk Perusahaan Swasta

Selain untuk kebun rakyat, pemerintah juga menyiapkan 200.000 hektar lahan untuk dua perusahaan negara, yaitu PT Agrinas dan PalmCo. Namun, skema ini tidak menutup pintu bagi perusahaan swasta yang ingin terlibat. Pemerintah menegaskan bahwa ruang kolaborasi tetap terbuka karena percepatan ekspansi membutuhkan dukungan banyak pihak. Dengan melibatkan BUMN dan swasta, proses pembangunan dapat berjalan lebih efisien dan terukur. Pendekatan kolaboratif ini juga mencerminkan upaya pemerintah untuk menyeimbangkan keuntungan ekonomi dengan prinsip keberlanjutan. Melalui kemitraan tersebut, diharapkan rantai pasok sawit nasional makin kuat dan stabil, terutama dalam menghadapi lonjakan permintaan CPO di masa mendatang.

Menjawab Kebutuhan CPO Nasional dan Program Hilirisasi

Kementerian Pertanian menjelaskan bahwa program ekstensifikasi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan CPO domestik yang terus meningkat. Tidak hanya untuk minyak goreng, lonjakan permintaan juga datang dari industri biodiesel dan program hilirisasi yang tengah digencarkan pemerintah. Ke depan, produk turunan sawit akan semakin beragam sehingga kebutuhan bahan baku harus dijamin sejak sekarang. Jika pasokan tidak stabil, program strategis seperti biodiesel berpotensi terhambat. Karenanya, perluasan lahan menjadi bagian penting dari rantai besar hilirisasi sawit. Pemerintah berharap bahwa langkah ini dapat menciptakan keseimbangan antara kebutuhan nasional dan peluang ekspor, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar global yang sangat kompetitif.

“Simak Juga : BRI Life Luncurkan BRILifeInspira, Asuransi Jiwa untuk Perlindungan Hingga Usia 99 Tahun”

Gap Produktivitas Sawit Indonesia dan Malaysia

Salah satu alasan utama pemerintah memperluas lahan adalah rendahnya produktivitas sawit nasional dibandingkan Malaysia. Data Kementan menunjukkan bahwa pada 2025, perkebunan negara memiliki produktivitas 4,48 ton CPO per hektar per tahun. Sementara itu, kebun swasta menghasilkan 3,68 ton, dan pekebun rakyat hanya 3,18 ton. Rata-rata nasional pun masih berada di angka 3,52 ton, jauh dari potensi maksimal tanaman sawit. Kondisi ini memperlihatkan perlunya modernisasi, pendampingan intensif, dan bibit unggul untuk meningkatkan produktivitas. Dengan ekstensifikasi yang dibarengi program peremajaan, pemerintah berharap produksi nasional dapat meningkat lebih cepat dan tidak hanya bergantung pada peningkatan efisiensi melalui replanting.

Proyeksi Produksi Sawit Indonesia Hingga Tahun 2025

Dengan kondisi produktivitas saat ini, Indonesia diperkirakan menghasilkan sekitar 50 juta ton CPO pada 2025. Jumlah tersebut akan ditambah dengan 4 hingga 5 juta ton PKO, sehingga total produksi mendekati 55 juta ton. Meskipun angka ini masih jauh dari target 2045, pemerintah optimistis bahwa kombinasi ekstensifikasi, peremajaan kebun, dan penguatan industri hilir akan mempercepat pertumbuhan produksi. Selain mengantisipasi naiknya permintaan global, langkah ini juga penting untuk menjaga stabilitas harga dalam negeri, terutama bagi petani kecil. Pemerintah berharap bahwa strategi komprehensif ini dapat menciptakan sistem sawit nasional yang lebih kuat, adaptif, dan berkelanjutan di masa depan.