Mengapa Foodcourt Selalu Berada di Lantai Teratas Mal? Ini Alasan Sebenarnya

Mengapa Foodcourt Selalu Berada di Lantai Teratas Mal? Ini Alasan Sebenarnya

FaktaSehari – Setiap kali melangkah masuk ke sebuah mal, kita seolah tahu ke mana harus berjalan saat perut mulai lapar: ke lantai paling atas. Kebiasaan ini rupanya bukan terjadi secara kebetulan, melainkan bagian dari strategi yang dirancang para pengembang. Wakil Ketua Umum DPP REI, Bambang Ekajaya, menjelaskan bahwa mal memiliki konsep khusus untuk menempatkan anchor tenant pada lokasi yang kurang strategis, agar area tersebut tetap ramai. Foodcourt menjadi salah satu magnet yang sangat kuat, karena kebutuhan makan tidak bisa ditunda. Oleh karena itu, pengunjung pasti akan mencari lokasinya, bahkan jika berada di lantai tertinggi. Dari sinilah lalu lintas manusia yang melewati berbagai toko di lantai lain ikut meningkat dan menciptakan alur kunjungan yang lebih merata.

Eksklusivitas Ruang: Foodcourt Butuh Area Luas dan Fleksibel

Foodcourt tidak hanya sekadar kumpulan kios makanan, tetapi sebuah ruang besar yang memadukan ratusan kursi, deretan tenant kuliner, dan area umum yang harus terasa nyaman bagi semua umur. Ukuran yang sangat luas ini sulit ditempatkan di lantai bawah yang biasanya penuh dengan toko retail berbayar mahal. Lantai atas menjadi pilihan ideal karena menyediakan ruang yang lebih fleksibel, terutama untuk desain terbuka yang menjadi ciri khas pujasera. Penempatan di puncak mal juga memberikan batas yang jelas antara area makan dan area belanja, sehingga pengalaman pengunjung lebih tertata. Dengan ruang yang lapang, suasana foodcourt bisa dibuat lebih santai, terbebas dari keramaian yang sering terjadi di lantai-lantai bawah yang penuh aktivitas jual beli.

“Baca Juga : Kapan Scaling Gigi Ditanggung BPJS? Ini Penjelasan Lengkap dan Hangat untuk Peserta JKN”

Aspek Operasional: Ventilasi dan Kenyamanan Lebih Mudah Dikelola

Selain soal ruang, foodcourt memiliki tuntutan teknis yang jauh lebih kompleks dibanding toko biasa. Sistem ventilasi harus kuat agar asap, aroma masakan, dan uap panas tidak menyebar ke seluruh area mal. Dengan menempatkannya di lantai atas, pengelola lebih mudah mengalirkan udara keluar tanpa mengganggu tenant lain. Di sisi lain, foodcourt juga membutuhkan jalur distribusi bahan makanan, area pencucian, dan penanganan sampah yang intens. Lantai atas memberikan ruang tambahan untuk operasional ini, sehingga potensi gangguan bagi pengunjung dapat diminimalkan. Penempatan tersebut juga mencegah kepadatan di lantai bawah, khususnya pada jam makan siang atau akhir pekan ketika traffic meningkat drastis. Semua faktor ini memastikan pengalaman makan tetap nyaman dan higienis.

Mengikuti Perilaku Manusia: Aroma Makanan yang Menggoda Perhatian

Aroma masakan memiliki daya tarik alami yang kuat dan bisa mengubah keputusan seseorang hanya dalam hitungan detik. Jika foodcourt ditempatkan di lantai dasar, bau makanan akan langsung menyerbu pengunjung sejak masuk mal, membuat mereka kemungkinan besar langsung menuju area makan tanpa mengeksplor toko lainnya. Para pengelola memahami hal ini sebagai bagian dari ilmu perilaku konsumen. Dengan meletakkan foodcourt di atas, pengunjung “dipaksa” lebih dulu melewati berbagai etalase toko yang mungkin menggugah niat membeli. Strategi ini terbukti efektif meningkatkan impulse buying dan durasi kunjungan. Aroma tetap memikat, tetapi baru ditemui pada waktu yang tepat: saat pengunjung merasa lelah atau lapar setelah berkeliling mal.

Strategi Komersial: Meningkatkan Trafik ke Seluruh Lantai

Banyak mal beroperasi berdasarkan konsep vertical circulation, yaitu bagaimana pengunjung diarahkan untuk bergerak dari bawah ke atas. Foodcourt menjadi “tujuan akhir” yang mampu menarik pengunjung hingga ke lantai paling atas. Perjalanan menuju puncak inilah yang menciptakan peluang komersial di sepanjang lintasan. Toko-toko di lantai menengah yang biasanya kurang ramai mendapat kesempatan lebih besar untuk dilirik. Bahkan, banyak pusat perbelanjaan merancang koridor menuju eskalator layaknya panggung kecil bagi tenant untuk memamerkan produk terbaik mereka. Dengan kata lain, foodcourt berperan sebagai anchor yang tak hanya memuaskan selera, tetapi juga mendukung ekosistem ekonomi seluruh mal. Semuanya dirancang agar pengunjung tetap bergerak, melihat, dan jika tergoda berbelanja.

“Simak Juga : Belanja Offline Tetap Hidup: Ketika Pengalaman Langsung Masih Jadi Pilihan Banyak Orang”

Penempatan yang Lebih Sunyi Menambah Kenyamanan Bersantap

Lantai atas biasanya menjadi area yang lebih tenang dibanding lantai-lantai bawah yang ramai oleh aktivitas transaksi. Suasana ini penting bagi pengunjung yang ingin beristirahat, mengobrol, atau menikmati makanan tanpa hiruk pikuk berlebihan. Bagi keluarga dengan anak kecil atau rombongan besar, area makan yang lebih privat terasa jauh lebih nyaman. Selain itu, beberapa mal memanfaatkan lantai atas untuk akses ke area rooftop atau ruang terbuka, memberikan pengalaman bersantap yang lebih segar. Semua ini menjadikan foodcourt bukan sekadar tempat mengisi energi, tetapi ruang yang mampu membangun suasana, menghadirkan momen rehat, dan mengembalikan semangat pengunjung sebelum mereka kembali menjelajahi mal.

Bagaimana Tren Ini Bertahan Meski Desain Mal Terus Berubah

Meskipun desain mal modern kini semakin beragam, pola penempatan foodcourt di lantai atas masih menjadi strategi paling efektif. Bahkan, ketika konsep lifestyle mall berkembang dengan banyak outdoor space, posisi foodcourt sering tetap ditempatkan di area tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pengunjung, kebutuhan teknis, dan strategi bisnis memiliki pengaruh yang besar dalam perancangan arsitektur pusat perbelanjaan. Pengembang memahami bahwa foodcourt bukan hanya fasilitas, tetapi bagian penting dari perjalanan emosional seseorang saat berkunjung ke mal. Pengalaman makan menjadi puncak dari rangkaian aktivitas, dan posisi di lantai teratas menjadikannya terasa seperti hadiah setelah lelah berkeliling.