Pertamina Patra Niaga Kebuti Distribusi Elpiji ke Aceh di Tengah Tantangan Bencana

Pertamina Patra Niaga Kebuti Distribusi Elpiji ke Aceh di Tengah Tantangan Bencana

FaktaSehari – Di tengah luka banjir dan longsor yang masih membekas di berbagai wilayah Aceh, Elpiji menjadi kebutuhan vital yang menopang dapur umum, rumah tangga, hingga pengungsian. PT Pertamina Patra Niaga memahami betul bahwa energi bukan sekadar komoditas, melainkan bagian dari ketahanan hidup masyarakat. Ketika akses jalan terputus dan jembatan runtuh, distribusi elpiji tidak boleh ikut terhenti. Karena itu, Pertamina bergerak cepat, memetakan jalur yang masih memungkinkan, sekaligus menyiapkan skema distribusi darurat. Di balik setiap tabung elpiji yang tiba, ada harapan agar aktivitas memasak, logistik pangan, dan kehidupan sehari-hari warga bisa tetap berjalan. Upaya ini menjadi wujud nyata kehadiran negara melalui BUMN energi di saat masyarakat menghadapi masa paling sulit.

Jalur Darat Terputus, Distribusi Berpacu dengan Waktu

Bencana alam membuat sejumlah jalur utama di Aceh lumpuh total. Rute Lhokseumawe–Bener Meriah dan jembatan penghubung Bireuen–Lhokseumawe tidak dapat dilalui secara normal, padahal jalur tersebut merupakan nadi distribusi elpiji reguler menuju Banda Aceh. Kondisi ini memaksa Pertamina Patra Niaga mengubah strategi dalam waktu singkat. Distribusi yang biasanya sederhana kini berubah menjadi operasi logistik berlapis, penuh perhitungan dan risiko. Setiap keterlambatan berpotensi memicu kelangkaan dan kepanikan di masyarakat. Di sinilah koordinasi dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan menjadi kunci. Dengan komunikasi intensif, Pertamina berupaya memastikan bahwa meskipun jalur darat terputus, pasokan energi tidak ikut terhenti di tengah kebutuhan yang justru meningkat.

“Baca Juga : Transformasi Telkom dan Harapan Baru Pemerataan Internet Indonesia”

Strategi Multimoda: Darat, Laut, hingga Udara

Menghadapi keterbatasan akses, Pertamina Patra Niaga mengaktifkan distribusi elpiji melalui berbagai moda transportasi sekaligus. Skema darat, laut, dan udara dijalankan paralel demi mengejar ketertinggalan suplai. Dari Lhokseumawe, armada skid tank elpiji diangkut menggunakan kapal laut menuju Fuel Terminal Krueng Raya di Banda Aceh. Dari sana, distribusi kembali dilanjutkan lewat jalur darat ke Pidie Jaya dan Bireuen. Untuk wilayah yang benar-benar terisolasi seperti Bener Meriah, Pertamina bahkan mengerahkan helikopter dengan metode sling load. Langkah ini mencerminkan fleksibilitas dan kesiapsiagaan dalam kondisi darurat, di mana setiap moda transportasi dimaksimalkan agar energi tetap sampai ke tangan masyarakat.

Distribusi Ekstrem di Medan Sulit

Di lapangan, tantangan distribusi jauh dari kata mudah. Di wilayah Bireuen, putusnya jembatan memaksa tim distribusi menyeberangkan tabung elpiji menggunakan tali baja melintasi sungai. Pemandangan ini menggambarkan betapa berat medan yang harus dihadapi demi memastikan pasokan energi tidak terputus. Distribusi dilakukan bertahap, dengan pengaturan ketat agar tetap aman bagi petugas dan masyarakat. Meski belum sepenuhnya memenuhi tingkat permintaan, langkah ini menjadi solusi terbaik dalam kondisi darurat. Setiap tabung yang berhasil dikirim adalah hasil dari kerja kolektif, keberanian, dan komitmen untuk tidak menyerah pada keterbatasan infrastruktur yang rusak akibat bencana.

Wilayah Timur Aceh Masih Jadi Penopang Distribusi

Di tengah kesulitan di wilayah tengah dan barat Aceh, sisi timur provinsi ini masih menjadi penopang penting distribusi energi. Jalur dari Aceh Tamiang menuju Lhokseumawe relatif masih dapat dilalui, memungkinkan pasokan BBM dan elpiji ke Aceh Timur dan Langsa tetap berjalan melalui jalur darat. Kondisi ini memberi ruang bernapas bagi sistem distribusi secara keseluruhan. Pertamina memanfaatkan akses ini secara optimal, sembari tetap memantau risiko gangguan lanjutan. Keberadaan jalur alternatif ini membuktikan pentingnya jaringan distribusi yang beragam dan tidak bergantung pada satu rute utama saja, terutama di wilayah rawan bencana.

“Simak Juga : Misi Kemanusiaan Pertamina: 144 Tabung LPG Diterbangkan ke Aceh yang Terisolasi”

Tambahan Pasokan dan Bantuan untuk Dapur Umum

Sebagai langkah penguatan suplai, Pertamina Patra Niaga menyiapkan tambahan pasokan elpiji dari luar Aceh. Truk skid tank didatangkan dari Dumai, Palembang, Batam, hingga Jawa, dengan jadwal kedatangan mulai 20 Desember 2025. Selain itu, bantuan kemanusiaan juga terus disalurkan. Total 983 tabung elpiji telah diberikan, termasuk 739 tabung Bright Gas 12 kg yang difokuskan untuk operasional dapur umum di Aceh Tamiang, Bener Meriah, Aceh Utara, dan Gayo Lues. Bantuan ini memastikan dapur umum tetap beroperasi, menyediakan makanan hangat bagi para pengungsi, dan menjadi simbol kepedulian di tengah krisis.

Imbauan Tenang dan Komitmen Jangka Panjang

Di tengah situasi yang belum sepenuhnya pulih, Pertamina Patra Niaga mengajak masyarakat Aceh untuk tetap tenang dan menggunakan elpiji secara bijak sesuai kebutuhan. Panic buying justru dapat memperparah distribusi yang sudah terbatas. Dengan koordinasi berkelanjutan bersama pemerintah daerah, Pertamina berkomitmen terus memantau kondisi lapangan dan menyesuaikan strategi distribusi. Upaya ini bukan hanya soal menjaga pasokan energi hari ini, tetapi juga tentang membangun kepercayaan bahwa negara hadir dan bekerja keras bersama masyarakat untuk melewati masa sulit ini.