Mencegah Deindustrialisasi: Mengapa Kualitas SDM Menjadi Penentu Masa Depan Indonesia

Mencegah Deindustrialisasi: Mengapa Kualitas SDM Menjadi Penentu Masa Depan Indonesia

FaktaSehari – Indonesia kini menghadapi risiko memasuki fase Deindustrialisasi, sebuah kondisi ketika sektor industri tidak lagi menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional. Kekhawatiran ini muncul karena kualitas sumber daya manusia belum mampu mengejar kebutuhan industri modern, terutama menjelang bonus demografi 2025-20445. Abdul Sobur, Ketua Umum HIMKI, menegaskan bahwa peluang Indonesia untuk melompat menjadi kekuatan industri global bisa hilang bila kompetensi tenaga kerja tidak segera dibenahi. Ia menyebutkan bahwa persoalannya bukan kurangnya individu cerdas, melainkan standar kompetensi yang belum berkembang. Di era ketika teknologi, kreativitas, dan produktivitas bergerak cepat, SDM tidak boleh lagi berada di zona nyaman. Jika kualitas tenaga kerja tidak ditingkatkan, pertumbuhan ekonomi bisa stagnan dan gejala deindustrialisasi semakin menguat. Peringatan ini menjadi ajakan untuk bergerak lebih cepat, lebih disiplin, dan lebih terarah.

Pentingnya SDM Unggul di Era Bonus Demografi

Bonus demografi yang sering dibanggakan sebagai peluang emas bisa berubah menjadi bumerang jika tidak dikelola dengan serius. Abdul Sobur menekankan bahwa jumlah penduduk usia produktif yang besar bukan jaminan kemajuan tanpa peningkatan kualitas. Justru, bila kompetensi anak muda tidak naik kelas, Indonesia akan menghadapi beban ekonomi yang berat dan meningkatnya pengangguran terselubung. Oleh karena itu, generasi muda perlu dibekali keterampilan praktis, portofolio nyata, dan sertifikasi yang diakui industri. Semua ini menjadi dasar daya saing global yang tidak bisa ditawar. Banyak negara berhasil maju bukan karena jumlah penduduk besar, tetapi karena kualitas manusia yang dipersiapkan dengan matang. Dalam konteks ini, bonus demografi harus dibaca sebagai peluang untuk memperkuat SDM, bukan sekadar angka statistik yang memanjakan.

“Baca Juga : OJK Tetapkan Batas Lima Tahun untuk Rekening Dormant”

Standar Kompetensi yang Belum Mengikuti Perubahan Zaman

Menurut Sobur, salah satu tantangan terbesar Indonesia adalah standar kompetensi yang belum sejalan dengan kebutuhan industri modern. Banyak lulusan kampus cemerlang secara teori namun belum siap bekerja karena kurang pengalaman praktik. Dunia industri kini menuntut kemampuan adaptasi, pemecahan masalah, dan keterampilan teknis yang dapat diaplikasikan langsung. Tanpa standar kompetensi yang jelas, sulit bagi Indonesia bersaing dengan negara yang lebih dahulu membangun budaya profesional yang kuat. Karena itu, peningkatan standar bukan hanya tentang kurikulum, tetapi juga perubahan pola pikir. Tenaga kerja harus didorong untuk belajar seumur hidup, memperbarui keterampilan, dan membangun portofolio yang mencerminkan kapasitas nyata. Dengan begitu, SDM Indonesia tidak hanya siap kerja, tapi juga siap bersaing di tingkat global.

Belajar dari Jepang: Ekosistem Manusia yang Disiplin dan Terampil

Ketika membahas standar manusia, Sobur mengajak Indonesia menengok Jepang sebagai contoh negara yang membangun kekuatan industrinya melalui manusia, bukan semata teknologi. Jepang dikenal dengan budaya disiplin, keseriusan, dan komitmen terhadap kualitas. Tenaga kerjanya terlatih untuk bekerja dengan detail, konsistensi, dan integritas tinggi. Inilah fondasi yang memungkinkan Jepang menghasilkan produk unggulan di pasar global. Sobur menilai bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi serupa. Namun potensi itu tidak akan menjadi kekuatan tanpa upaya membangun karakter, etos kerja, dan keterampilan praktis yang memadai. Dengan menanamkan budaya profesional seperti Jepang, Indonesia memiliki peluang besar untuk menciptakan ekosistem industri yang lebih kokoh, adaptif, dan berkelanjutan.

Peran Sertifikasi Profesi dalam Meningkatkan Daya Saing

Peluncuran Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Universitas Tarumanagara menjadi salah satu langkah penting menuju peningkatan kualitas SDM. Sobur menegaskan bahwa sertifikasi bukan sekadar formalitas, tetapi bukti kompetensi seseorang dalam bidang tertentu. Dunia industri kini semakin membutuhkan tenaga kerja bersertifikasi untuk memastikan kualitas dan keandalan pekerjaan. Sertifikasi juga memberikan kepercayaan diri bagi pekerja muda untuk bersaing di pasar yang semakin terbuka. Melalui LSP, perguruan tinggi dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan kebutuhan industri. Ini menunjukkan bahwa ekosistem pendidikan dan industri perlu berjalan berdampingan untuk membangun tenaga kerja yang relevan, terampil, dan siap menghadapi tantangan global.

“Simak Juga : Kinerja Jamkrindo yang Menguat Menjelang Akhir 2025”

Tantangan Regulasi dan Perlunya Ekosistem yang Mendukung

Meski peluang industri sangat besar, Sobur menyoroti bahwa regulasi kerap menjadi hambatan dalam proses transformasi. Industri hijau, misalnya, memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan, tetapi regulasi yang lambat membuat banyak inovasi tertahan. Indonesia membutuhkan ekosistem kebijakan yang mendukung keberlanjutan dan percepatan teknologi. Tanpa itulah perusahaan kesulitan berkembang dan sulit menarik investasi. Regulasi yang responsif dan adaptif bukan hanya memudahkan pelaku industri, tetapi juga mempercepat pembangunan kapasitas SDM. Ketika lingkungan industri tumbuh sehat, permintaan tenaga kerja terampil meningkat, dan kualitas kompetensi akan ikut terdorong naik.

Peluang Indonesia Membangun Industri Masa Depan

Meski risiko deindustrialisasi mengintai, peluang Indonesia untuk bangkit tetap besar. Sobur percaya bahwa Indonesia bisa melompat menjadi pusat kreativitas dan produksi dunia jika kualitas manusia dibangun dengan serius. Kekuatan ekonomi masa depan tidak lagi ditentukan oleh sumber daya alam, tetapi oleh kemampuan inovasi dan kualitas tenaga kerja. Dengan membangun standar tinggi seperti Jepang, memperkuat sertifikasi, memperbaiki ekosistem regulasi, dan memanfaatkan bonus demografi, Indonesia dapat mengubah tantangan menjadi lompatan besar. Tantangan deindustrialisasi seharusnya menjadi alarm, bukan vonis, agar bangsa ini bergerak lebih cepat memperbaiki SDM sebagai fondasi pembangunan jangka panjang.