Fakta Sehari – Bank Indonesia (BI) mencatatkan capaian yang menggembirakan dalam laporan terkini terkait arus modal asing sepanjang semester II 2024. Hingga akhir periode tersebut, total nilai investasi asing yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 26,81 triliun. Angka ini mencerminkan kepercayaan investor asing terhadap stabilitas ekonomi Indonesia di tengah tantangan global yang masih berlangsung.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta pada Jumat (22/11), menyampaikan bahwa capaian ini merupakan hasil dari kebijakan moneter yang konsisten, serta reformasi struktural yang terus dijalankan pemerintah. “Kami melihat respons positif dari pasar global terhadap kondisi fundamental ekonomi domestik yang semakin kuat. Stabilitas inflasi, nilai tukar rupiah yang terkendali, serta iklim investasi yang membaik menjadi faktor pendorong utama,” ujar Perry.
Dalam rinciannya, modal asing yang masuk didominasi oleh investasi portofolio, seperti pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dan saham. BI mencatat bahwa dari total Rp 26,81 triliun, sekitar Rp 18 triliun berasal dari investasi di pasar obligasi pemerintah. Sementara itu, investasi di pasar saham menyumbang sekitar Rp 8,8 triliun.
Investor asing terlihat lebih percaya diri untuk masuk ke pasar obligasi, mengingat imbal hasil yang kompetitif dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, upaya pemerintah dalam mempertahankan peringkat utang yang stabil dari lembaga pemeringkat internasional juga memberikan pengaruh positif terhadap persepsi investor.
“Obligasi pemerintah Indonesia saat ini memberikan return yang menarik dengan risiko yang relatif rendah. Hal ini menjadi daya tarik utama bagi investor asing,” ungkap Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), dalam analisisnya.
“Baca Juga: Cara Investasi Emas yang Tepat? Kamu Wajib Tau Tips Berikut”
Meski demikian, arus modal masuk ini tidak terlepas dari faktor eksternal yang turut memberikan pengaruh positif. Kebijakan moneter di Amerika Serikat, yang mulai melonggarkan kenaikan suku bunga, menciptakan ruang bagi investor untuk kembali mengalihkan dana ke pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Kondisi ekonomi Tiongkok yang melambat juga memberikan keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Sebagai negara dengan fundamental ekonomi yang stabil di kawasan, Indonesia dianggap sebagai alternatif yang menarik di tengah ketidakpastian global. Hal ini tercermin dari meningkatnya minat investor terhadap aset berdenominasi rupiah.
Meski capaian ini patut diapresiasi, Bank Indonesia tetap mengingatkan bahwa tantangan masih ada di depan mata. Ketegangan geopolitik global, perlambatan ekonomi di beberapa negara maju, serta fluktuasi harga komoditas bisa memengaruhi arus modal ke Indonesia.
“Ke depan, kami akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ini termasuk memastikan inflasi terkendali di kisaran target 2-4% dan menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil,” tambah Perry.
Para ekonom juga menyoroti pentingnya upaya lanjutan dalam menarik investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI) yang bersifat jangka panjang. Investasi portofolio, meskipun memberikan dampak positif dalam jangka pendek, cenderung lebih fluktuatif dan sensitif terhadap perubahan kondisi global.
“Indonesia perlu terus memperkuat daya saingnya dalam menarik FDI, terutama melalui penyederhanaan regulasi dan peningkatan infrastruktur. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi bisa lebih berkelanjutan,” kata Enny Sri Hartati, ekonom senior Indef.
Dalam upaya menjaga momentum positif ini, pemerintah dan Bank Indonesia terus mendorong berbagai reformasi kebijakan. Salah satu langkah penting yang sedang dijalankan adalah implementasi UU Cipta Kerja, yang bertujuan untuk menciptakan iklim investasi yang lebih ramah dan efisien.
Selain itu, pemerintah juga fokus pada digitalisasi layanan keuangan dan integrasi sistem pembayaran nasional. Program QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), misalnya, telah menjadi salah satu alat yang mempermudah transaksi lintas negara dan mendukung ekosistem ekonomi digital.
Dengan capaian Rp 26,81 triliun ini, Bank Indonesia optimis bahwa arus modal asing akan terus mengalir hingga akhir tahun 2024. Target untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% tetap menjadi prioritas utama.
Namun, pencapaian ini membutuhkan dukungan semua pihak, termasuk sektor swasta, untuk memanfaatkan peluang investasi yang ada secara maksimal. Dengan demikian, stabilitas ekonomi Indonesia dapat terus terjaga, sekaligus memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
Sebagai kesimpulan, angka Rp 26,81 triliun yang dicatatkan Bank Indonesia bukan hanya sekadar data, melainkan bukti nyata dari kepercayaan global terhadap ekonomi Indonesia. Meski tantangan masih ada, momentum ini diharapkan mampu menjadi fondasi yang kuat untuk menghadapi 2025 dengan lebih optimis.