Fakta Sehari – Menteri BUMN Erick Thohir menyoroti potensi besar para pensiunan bank Himbara. Menurutnya, mereka adalah aset bangsa yang belum dimanfaatkan optimal. Setelah puluhan tahun bekerja di industri perbankan, pengalaman mereka sangat kaya. Sayangnya, sebagian besar dari mereka justru berhenti total saat pensiun. Erick ingin mengubah pola pikir tersebut. Ia mendorong agar pensiunan tetap aktif secara sosial dan ekonomi. Gagasan ini disambut positif oleh banyak pihak. Khususnya oleh komunitas pensiunan yang selama ini merasa terpinggirkan.
Pensiunan bank Himbara memiliki pengetahuan mendalam soal keuangan. Mereka pernah mengelola kredit, investasi, hingga strategi bisnis skala besar. Erick Thohir menilai pengalaman tersebut sangat relevan untuk pembinaan UMKM. Banyak pelaku usaha kecil membutuhkan mentor berpengalaman. Sayangnya, mereka sering kali tidak tahu harus belajar dari siapa. Di sinilah posisi para pensiunan menjadi strategis. Mereka bisa jadi pembimbing, konsultan, hingga fasilitator keuangan. Bahkan bisa membentuk koperasi atau lembaga pendampingan sendiri. Pengalaman mereka tidak boleh hilang begitu saja.
“Baca Juga : Dusun Bondan Jadi Contoh Pemanfaatan Energi Hijau di Pedesaan”
Kementerian BUMN tengah menyiapkan program khusus untuk hal ini. Program tersebut melibatkan sinergi antara bank Himbara dan yayasan pensiunan. Erick Thohir menyebut akan ada pelatihan ulang dan pendampingan intensif. Fokusnya adalah pada pengembangan kapasitas dan literasi digital. Karena banyak pensiunan belum terbiasa dengan teknologi baru. Pelatihan ini diharapkan membuat mereka lebih adaptif. Sehingga bisa kembali berkontribusi dalam ekosistem ekonomi lokal. Dalam jangka panjang, program ini juga menekan angka pengangguran usia lanjut.
Sektor UMKM dianggap sangat potensial untuk dijalani para pensiunan. Mereka bisa menjadi pengelola dana mikro atau mitra bina usaha. Bahkan beberapa bisa membuka usaha sendiri bersama rekan pensiunan lainnya. Erick percaya pola ini bisa menciptakan mata rantai ekonomi baru. Para pensiunan tidak hanya kembali produktif. Mereka juga bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain. Bank-bank Himbara akan berperan sebagai penyalur dana dan pelatih. Kolaborasi ini diyakini berdampak nyata dalam waktu dekat.
“Simak juga: Tips Dokter Mengatasi Skin Barrier yang Rusak untuk Kulit Glowing”
Beberapa bank pelat merah telah menunjukkan dukungannya. Bank BRI, BNI, BTN, dan Mandiri siap memfasilitasi kebutuhan modal kerja. Termasuk membantu dalam pembuatan legalitas dan laporan keuangan. Selain itu, pihak swasta juga mulai dilibatkan dalam pelatihan. Misalnya perusahaan teknologi yang bisa memperkenalkan sistem digital. Erick ingin sinergi ini tidak hanya jadi slogan. Tapi benar-benar diwujudkan dalam bentuk kerja nyata. Karena itu, monitoring ketat akan dilakukan oleh Kementerian BUMN.
Beberapa kisah sukses mulai bermunculan dari program percontohan. Misalnya, mantan pegawai Bank BNI yang kini membuka koperasi simpan pinjam. Ia berhasil membantu lebih dari 100 UMKM di daerahnya. Ada juga eks pegawai Bank Mandiri yang menjadi mentor wirausaha muda. Keberhasilan mereka jadi inspirasi bagi pensiunan lain. Menurut Erick, narasi semacam ini harus diperbanyak. Supaya masyarakat percaya bahwa usia bukan halangan berkarya. Banyak yang semula pesimis, kini mulai membentuk komunitas usaha.
Meski begitu, tantangan tetap ada di lapangan. Banyak pensiunan merasa minder dan tidak percaya diri. Mereka menganggap masa produktif sudah lewat. Erick ingin mengubah persepsi ini lewat pendekatan personal. Ia mendorong perusahaan BUMN membentuk komunitas khusus. Di dalamnya, ada pendamping psikologis dan motivator. Selain itu, proses inkubasi usaha dirancang sesederhana mungkin. Supaya semua lapisan pensiunan bisa mengikutinya. Erick yakin dengan proses yang tepat, hasilnya akan positif.
Program ini tidak hanya bertujuan memberdayakan individu. Tapi juga membangun ekosistem jangka panjang berbasis pensiunan. Erick ingin menciptakan rantai nilai yang saling terhubung. Dari pelatihan, permodalan, hingga distribusi produk. Bahkan ke depan, pensiunan bisa terlibat dalam proyek-proyek BUMN. Mereka bisa menjadi konsultan, evaluator, atau tenaga teknis. Semua tergantung dari kompetensi yang dimiliki. Intinya, tidak ada yang dikesampingkan karena faktor usia.
Erick berharap program ini menjadi warisan positif ke depan. Ia ingin generasi pensiunan berikutnya lebih siap mental. Sejak awal mereka sudah punya perencanaan pensiun produktif. Tidak lagi bergantung pada dana pensiun saja. Tapi mampu mandiri lewat aktivitas ekonomi dan sosial. Harapannya, Indonesia memiliki komunitas lansia yang aktif dan sejahtera. Pensiunan bukan beban negara, tapi justru pendorong ekonomi lokal. Erick menyebut perubahan ini hanya soal kemauan bersama.