Faktasehari – Harga minyak dunia menunjukkan kecenderungan stabil setelah gejolak geopolitik di kawasan Timur Tengah mulai mereda. Perkembangan ini disambut positif oleh pasar global, terutama setelah kabar dari OPEC+ yang memutuskan menaikkan tingkat produksi minyak mentah. Kondisi ini memberikan angin segar bagi pelaku industri energi dan ekonomi dunia yang selama ini dibayangi ketidakpastian akibat fluktuasi harga energi.
“Baca juga : Hamas Nyatakan Siap Kembali ke Meja Perundingan Gencatan Senjata “
Pada penutupan Jumat, 4 Juli 2025, harga minyak jenis Brent tercatat berada di level US$ 68,30 per barel. Walaupun secara harian mengalami penurunan sebesar 0,73%, secara mingguan Brent berhasil mencatatkan rebound sebesar 0,73%. Hal serupa juga terjadi pada minyak jenis WTI yang diperdagangkan di angka US$ 67 per barel. Meski tidak mencatat perubahan harian, WTI menunjukkan penguatan 2,25% dalam hitungan mingguan, menandai pemulihan kecil dari penurunan tajam 12,56% pekan sebelumnya.
Aliansi delapan negara OPEC+, yang terdiri dari Rusia, Arab Saudi, Aljazair, Irak, Kazakhstan, Kuwait, Oman, dan Uni Emirat Arab, menyepakati peningkatan produksi minyak mentah mereka. Jumlahnya mencapai 548.000 barel per hari mulai Agustus mendatang, melampaui proyeksi awal sebesar 411.000 barel. Langkah ini dipandang sebagai sinyal positif bagi kestabilan pasokan global, sekaligus mengantisipasi potensi permintaan yang meningkat menjelang akhir tahun.
Keputusan untuk menaikkan produksi tersebut diambil melalui pertemuan virtual yang melibatkan negara-negara utama produsen minyak. Sekretariat OPEC mengungkapkan bahwa keputusan ini didasarkan pada proyeksi stabilnya pertumbuhan ekonomi global serta kondisi pasar yang dinilai sehat. Salah satu indikatornya adalah rendahnya tingkat cadangan minyak secara global, yang menjadi alasan kuat untuk meningkatkan suplai secara bertahap.
Menariknya, meski OPEC+ melakukan peningkatan produksi, mereka tetap menjalankan dua kebijakan pemangkasan produksi secara sukarela. Pemangkasan pertama sebesar 1,66 juta barel per hari masih akan berlangsung hingga akhir 2026, sedangkan tambahan pemangkasan 2,2 juta barel berlaku hingga kuartal pertama tahun mendatang. Strategi ini menunjukkan bahwa negara-negara penghasil minyak tetap berhati-hati dalam menjaga keseimbangan pasar.
Sebelumnya, OPEC+ hanya merencanakan peningkatan produksi sebesar 137.000 barel per bulan hingga September 2026. Namun, melihat situasi pasar dan permintaan global, mereka mempercepat target tersebut menjadi 411.000 barel per hari, dan kini kembali dinaikkan menjadi 548.000 barel. Keputusan agresif ini dianggap sebagai bentuk respons cepat terhadap dinamika pasar, sekaligus upaya mempertahankan kestabilan harga minyak dunia di tengah ketidakpastian global.