Kelistrikan Aceh Mulai Pulih, Harapan Menyala Kembali Pascabencana
FaktaSehari – Setelah berminggu-minggu berada dalam kondisi darurat akibat banjir dan longsor, Aceh perlahan kembali menemukan ritmenya. Salah satu penanda paling nyata adalah pulihnya sistem kelistrikan di sejumlah wilayah utama, termasuk Banda Aceh. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa pemulihan ini menjadi sinyal penting bahwa fase tanggap darurat mulai bergeser ke tahap pemulihan. Listrik bukan sekadar soal terang dan gelap, melainkan fondasi bagi aktivitas ekonomi, pendidikan, hingga layanan kesehatan. Ketika lampu kembali menyala, masyarakat merasakan kelegaan emosional yang mendalam. Meski belum sepenuhnya normal, kabar ini memberi harapan bahwa upaya bersama pemerintah dan PLN mulai menunjukkan hasil nyata di tengah situasi yang tidak mudah.
Peran Vital Transmisi Pangkalan Brandan–Langsa
Pulihnya jaringan transmisi 150 kilovolt Pangkalan Brandan–Langsa menjadi kunci utama normalisasi listrik Aceh. Jalur ini merupakan tulang punggung interkoneksi kelistrikan Sumatra dan Aceh. Ketika transmisi ini terganggu akibat bencana, dampaknya langsung terasa luas. Oleh karena itu, rampungnya perbaikan jalur ini menjadi pencapaian teknis yang krusial. Proses pemulihan tidak sekadar mengganti kabel atau tiang, tetapi juga memastikan keamanan struktur di tengah kondisi geografis yang masih labil. Dengan transmisi kembali berfungsi, pasokan listrik ke Banda Aceh berhasil distabilkan. Langkah ini menunjukkan betapa pentingnya infrastruktur dasar dalam menjaga ketahanan wilayah terhadap bencana alam.
“Baca Juga : Sun Life Indonesia Hadirkan Harapan bagi Korban Banjir dan Longsor di Sumatra”
Empat Kabupaten Masih Hadapi Pemadaman Bergilir
Di balik kabar baik tersebut, tantangan masih dirasakan oleh masyarakat di Aceh Tamiang, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tengah. Di empat kabupaten ini, jaringan listrik baru pulih sekitar 50 persen sehingga pemadaman bergilir masih harus diterapkan. Kondisi ini tentu menuntut kesabaran warga, terutama di tengah upaya pemulihan pascabencana. Namun, pemerintah menegaskan bahwa pemadaman bukan disebabkan oleh kekurangan pasokan listrik. Sebaliknya, kendala utama terletak pada infrastruktur yang rusak dan belum sepenuhnya aman untuk dioperasikan. Dengan komunikasi yang terbuka, pemerintah berharap masyarakat memahami bahwa langkah ini diambil demi keselamatan bersama.
Akses Infrastruktur Jadi Tantangan di Lapangan
Bahlil menjelaskan bahwa proses pemulihan kelistrikan di lapangan tidak sesederhana menyalakan kembali aliran listrik. Banyak lokasi tower dan tiang listrik berada di wilayah yang akses jalannya rusak atau masih tergenang air. Bahkan, ada infrastruktur yang sudah diperbaiki namun kembali roboh akibat arus banjir. Situasi ini membuat pekerjaan teknis menjadi lebih berisiko. Selain itu, keselamatan masyarakat menjadi pertimbangan utama sebelum listrik dialirkan kembali. Pemerintah memilih berhati-hati agar tidak menimbulkan bahaya baru. Tantangan ini menggambarkan betapa pemulihan pascabencana memerlukan waktu, ketelitian, dan keputusan yang tidak selalu populer.
“Simak Juga : Superbank Resmi IPO, SUPA Melantai dengan Ambisi Besar Perbankan Digital Indonesia”
Kolaborasi Lintas Sektor Percepat Pemulihan
Pemulihan listrik di Aceh tidak berjalan sendiri. Pemerintah pusat menggandeng PLN, TNI, Polri, serta masyarakat setempat untuk mempercepat perbaikan infrastruktur. Kolaborasi lintas sektor ini menjadi kekuatan utama di tengah keterbatasan medan dan cuaca. Aparat membantu membuka akses jalan, sementara teknisi PLN bekerja memperbaiki jaringan dengan standar keselamatan tinggi. Di sisi lain, masyarakat lokal turut berperan dengan memberikan informasi kondisi wilayah dan membantu logistik. Sinergi ini menunjukkan bahwa pemulihan bencana bukan hanya urusan teknis, tetapi juga soal kepercayaan dan gotong royong. Setiap pihak bergerak dengan perannya masing-masing demi tujuan bersama.
Harapan Pemerintah dan Masyarakat ke Depan
Pemerintah optimistis pemulihan kelistrikan di seluruh Aceh dapat segera diselesaikan seiring rampungnya perbaikan tower dan tiang yang rusak. Bahlil menegaskan bahwa begitu infrastruktur rendah dapat dibangun dengan aman, aliran listrik akan dinormalkan sepenuhnya. Bagi masyarakat, listrik yang stabil berarti langkah awal untuk menata kembali kehidupan. Anak-anak bisa belajar dengan nyaman, pelaku usaha kecil kembali berproduksi, dan layanan publik berjalan optimal. Harapan ini tumbuh perlahan, seiring kerja keras di lapangan. Di tengah luka akibat bencana, nyala listrik menjadi simbol bahwa Aceh sedang bangkit, setahap demi setahap.


