Fakta Sehari – Kelas menengah telah lama dianggap sebagai tulang punggung ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia. Mereka adalah kelompok yang berperan penting dalam konsumsi domestik, peningkatan produktivitas, dan stabilitas sosial. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, di banyak negara terjadinya penurunan jumlah dan daya beli, sebuah fenomena yang menandakan adanya tantangan besar dalam perekonomian global. Fenomena ini memunculkan pertanyaan penting: mengapa golongan menengah semakin tergerus, dan apa yang perlu dilakukan untuk menghadapinya?
Salah satu penyebab utama menurunnya kelas menengah adalah stagnasi pendapatan yang tidak sebanding dengan inflasi. Di banyak negara, meskipun perekonomian tumbuh, pendapatan rata-rata tidak meningkat cukup signifikan untuk menjaga daya beli kelompok ini. Faktor lain yang berkontribusi adalah tingginya biaya hidup, terutama dalam hal pendidikan, perumahan, dan kesehatan, yang semakin memberatkan golongan ini. Dengan pengeluaran yang terus meningkat sementara pendapatan relatif tetap, banyak orang yang terpaksa kembali jatuh ke dalam kelompok kelas bawah atau terjebak dalam ketidakpastian ekonomi.
Selain itu, perubahan struktural dalam dunia kerja juga mempengaruhi posisi kelas menengah. Pekerjaan yang dulu menawarkan kestabilan dan pendapatan yang baik semakin terancam oleh otomatisasi dan perkembangan teknologi. Banyak pekerjaan yang dulunya menjadi basis bagi kelas menengah, seperti di sektor manufaktur, kini semakin berkurang atau bahkan hilang. Sementara itu, sektor yang berkembang cepat, seperti teknologi dan startup, lebih menguntungkan bagi segelintir orang yang memiliki keterampilan khusus, namun tidak selalu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Penurunan jumlah kelas menengah memiliki dampak yang sangat luas, baik secara ekonomi maupun sosial. Secara ekonomi, dengan fungsi sebagai pendorong utama pertumbuhan konsumsi. Ketika daya beli mereka menurun, konsumsi domestik juga akan terpengaruh, yang pada gilirannya dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, ketimpangan pendapatan yang semakin melebar antara kelas atas dan kelas bawah dapat memperburuk ketidakstabilan sosial. Masyarakat yang merasa terpinggirkan atau tertinggal dalam hal kesejahteraan cenderung lebih mudah terpengaruh oleh gerakan populis dan radikalisasi.
Dari sisi sosial, berkurangnya kelas menengah dapat mengurangi mobilitas sosial dan memperburuk kesenjangan ekonomi. Ketika kelas menengah terpuruk, akses mereka terhadap pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, dan kesempatan pekerjaan yang lebih baik semakin terbatas. Ini akan memperburuk kesenjangan antar generasi, di mana anak-anak dari keluarga kelas bawah memiliki lebih sedikit peluang untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi.
Untuk mengatasi penurunan kelas menengah, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan baik oleh pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat itu sendiri.
Pertama, pemerintah perlu fokus pada kebijakan redistribusi pendapatan yang lebih adil. Program-program bantuan sosial yang lebih efektif dan tepat sasaran dapat membantu meringankan beban kelas menengah dan bawah. Selain itu, investasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan juga sangat penting untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja dan memastikan bahwa mereka memiliki keterampilan yang relevan dengan tuntutan pasar kerja yang terus berkembang.
Kedua, sektor swasta harus menciptakan lebih banyak peluang kerja yang stabil dengan memberikan upah yang layak. Selain itu, peningkatan teknologi harus didorong untuk menciptakan pekerjaan baru yang dapat diakses oleh berbagai kalangan.
Ketiga, kebijakan yang mendukung daya beli juga sangat penting. Penurunan biaya hidup, khususnya dalam sektor perumahan, pendidikan, dan kesehatan, dapat membantu meringankan beban keluarga kelas menengah. Pemerintah dapat memberikan insentif bagi sektor-sektor yang berfokus pada kebutuhan dasar masyarakat untuk menurunkan harga barang dan jasa.
Secara keseluruhan, menurunnya kelas menengah bukanlah masalah yang bisa diselesaikan dengan satu solusi tunggal. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan kebijakan yang dapat menjaga keseimbangan ekonomi. Hanya dengan demikian, mereka dapat bertahan dan terus berperan sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial.