Fakta Sehari – Laporan terbaru yang menghebohkan mengungkap aktivitas peretasan yang diduga dilakukan oleh kelompok mata-mata digital hacker asal China terhadap operator seluler di Amerika Serikat (AS). Kelompok ini dikabarkan meretas infrastruktur perusahaan telekomunikasi besar dan mengeksploitasi kelemahan keamanan untuk mengakses informasi pribadi dari ribuan warga AS. Peretasan ini menargetkan individu-individu penting di kalangan politik dan keamanan nasional, termasuk pejabat pemerintah dan staf kampanye presiden.
Menurut laporan dari The Wall Street Journal, yang dikutip dari Engadget pada Jumat (8/11/2024), akses kelompok peretas terhadap data pengguna AS ini lebih luas dari yang diperkirakan sebelumnya. Mereka bahkan diklaim telah menghabiskan waktu lebih dari delapan bulan di dalam sistem infrastruktur operator seluler AS. Beragam data pribadi dan log komunikasi, termasuk panggilan telepon dan pesan singkat, kemungkinan besar telah mereka akses selama masa ini.
Menurut penyelidikan yang diungkap oleh The New York Times, FBI menduga kelompok peretas yang dikenal sebagai ‘Salt Typhoon’ ini beroperasi atas nama badan intelijen China. Kelompok Salt Typhoon dikatakan secara spesifik menyasar ponsel milik diplomat, pejabat pemerintah, dan orang-orang yang terlibat dalam kampanye presiden AS. Upaya mereka tampaknya terfokus pada pemantauan komunikasi dari individu-individu yang memegang posisi strategis dalam pemerintahan dan kampanye politik, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sensitif yang bisa digunakan untuk keuntungan intelijen.
Laporan tersebut semakin menambah kekhawatiran terkait keamanan nasional AS, karena mencakup akses ke data telekomunikasi yang sangat sensitif. Para pakar keamanan siber menyatakan bahwa upaya peretasan ini memiliki dampak serius bagi keamanan informasi, terutama ketika berkaitan dengan informasi rahasia yang mungkin melibatkan pejabat tinggi pemerintah.
Laporan The Wall Street Journal juga menambahkan bahwa kelompok hacker asal china ini memanfaatkan kelemahan pada router yang digunakan dalam jaringan operator seluler AS. Dengan mengeksploitasi celah keamanan pada perangkat-perangkat ini. Salt Typhoon diduga mampu mengakses jaringan internal perusahaan telekomunikasi dan mengumpulkan data pelanggan secara diam-diam. Meskipun operator besar seperti AT&T dan Verizon diduga menjadi target utama, keduanya menolak memberikan komentar mengenai kasus ini.
Kelemahan pada router telekomunikasi, yang merupakan perangkat penting untuk memfasilitasi koneksi antara jaringan internal dan pelanggan. Hal ini memungkinkan kelompok peretas mengakses informasi di luar target langsung mereka. Artinya, meskipun para peretas dilaporkan menyasar individu-individu tertentu, data dari pelanggan lain yang menggunakan operator tersebut juga rentan untuk diakses.
Seorang analis keamanan siber dari Microsoft juga mengungkapkan bahwa kelompok hacker China telah menembus router milik usaha kecil dan menengah (UKM). Hal ini bertujuan untuk mencuri data kredensial pengguna. Microsoft mencatat bahwa salah satu metode yang digunakan adalah password spray. Teknik peretasan di mana satu kata sandi digunakan secara massal pada akun-akun berbeda untuk mencari akun yang bisa diakses.
Kasus ini bukan hanya menjadi isu privasi bagi individu yang menjadi korban. Tetapi juga menunjukkan potensi kerentanan dalam infrastruktur digital nasional yang dapat dimanfaatkan oleh pihak asing. Keamanan data telekomunikasi telah menjadi fokus utama bagi berbagai negara. Sebab seringkali informasi yang ditransmisikan melalui jaringan ini bersifat sangat sensitif dan penting.
Para pengamat keamanan mengatakan bahwa data panggilan telepon, pesan singkat, dan informasi pribadi lainnya yang diperoleh oleh peretas dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang merugikan AS. Misalnya, informasi ini dapat dipakai untuk merancang serangan siber yang lebih lanjut. Mengidentifikasi jaringan komunikasi penting, atau bahkan mengakses akun-akun pemerintah yang lebih kritis.
Menurut pakar keamanan digital, insiden ini menggarisbawahi pentingnya penguatan perlindungan pada infrastruktur digital. Mereka menekankan perlunya peningkatan keamanan pada perangkat-perangkat penting seperti router. Terutama yang digunakan oleh operator seluler dan perusahaan telekomunikasi besar lainnya, agar dapat mencegah penyusupan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Insiden peretasan ini semakin memperburuk hubungan AS-China yang sudah tegang akibat berbagai isu geopolitik dan perdagangan. AS sebelumnya telah memberlakukan pembatasan pada beberapa perusahaan teknologi besar asal China. Dengan alasan bahwa produk mereka menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional. AS menganggap beberapa perusahaan China, terutama di bidang teknologi, sebagai ancaman keamanan karena adanya dugaan kerja sama dengan pemerintah China untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk spionase.
Beberapa waktu yang lalu, pemerintah AS bahkan menerapkan larangan terhadap penggunaan perangkat Huawei dan ZTE. Dua perusahaan teknologi besar asal China, karena alasan keamanan yang serupa. Tuduhan peretasan terhadap operator seluler AS oleh kelompok Salt Typhoon ini semakin menguatkan kekhawatiran bahwa pemerintah China mungkin terlibat dalam kegiatan spionase yang menargetkan AS.
Sebagai tanggapan atas serangkaian ancaman ini, pemerintah AS kini tengah memprioritaskan perlindungan terhadap infrastruktur digital nasional. Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan baru yang berfokus pada peningkatan keamanan siber. Termasuk meningkatkan pengawasan terhadap perangkat telekomunikasi dan memperketat regulasi keamanan untuk perusahaan-perusahaan yang menangani data sensitif.
Para pejabat keamanan AS juga berencana memperkuat kolaborasi dengan sektor swasta untuk meningkatkan ketahanan terhadap ancaman siber. Kerja sama antara pemerintah, perusahaan telekomunikasi, dan perusahaan teknologi besar diharapkan dapat membantu mengidentifikasi celah-celah keamanan yang sebelumnya luput dari perhatian.
“Simak Juga: PlayStation 5 Pro Terancam Tak Hadir di Indonesia, Ini Penjelasan Sony”