Fakta Sehari – TikTok kembali menjadi sorotan setelah pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump memberikan perpanjangan waktu 75 hari kepada aplikasi tersebut. Perpanjangan ini terkait dengan tuntutan agar ByteDance, perusahaan induk TikTok, menjual operasionalnya di Amerika Serikat kepada entitas lokal. Keputusan ini memberikan sedikit kelonggaran waktu bagi TikTok untuk menyelesaikan kesepakatan yang kompleks.
“Baca Juga : Samsung Galaxy S24 Diskon Besar, Apa Sebabnya?”
Pada tahun 2020, pemerintahan Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang mendesak ByteDance untuk menjual aset TikTok di AS. Langkah ini diambil atas kekhawatiran bahwa data pengguna TikTok dapat diakses oleh pemerintah China, sehingga berpotensi membahayakan keamanan nasional. ByteDance awalnya memiliki waktu 45 hari untuk memenuhi tuntutan ini. Namun, negosiasi dengan calon pembeli, seperti Oracle dan Walmart, membutuhkan waktu lebih lama dari yang diantisipasi. Akibatnya, pemerintah memberikan tambahan 75 hari sebagai upaya untuk mencapai solusi yang adil bagi semua pihak.
Perpanjangan waktu ini dianggap sebagai kompromi yang menguntungkan. Pemerintah AS berharap bahwa ByteDance dapat menemukan pembeli yang sesuai untuk memastikan data pengguna tetap terlindungi. Sementara itu, TikTok juga berusaha keras meyakinkan regulator bahwa mereka dapat beroperasi tanpa ancaman terhadap keamanan nasional. Menurut pengamat politik, perpanjangan waktu ini juga memberi pemerintah ruang untuk mengevaluasi lebih dalam risiko keamanan yang dikaitkan dengan TikTok. Langkah ini dinilai strategis mengingat ketegangan antara Amerika Serikat dan China yang sedang memanas.
“Simak juga: Vietnam sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru di Asia Tenggara: Tantangan dan Prospek”
Perpanjangan waktu ini memberikan TikTok kesempatan untuk menyelamatkan posisinya di pasar Amerika Serikat, salah satu pasar terbesarnya. Namun, tekanan untuk menemukan solusi jangka panjang tetap ada. Jika ByteDance gagal memenuhi tuntutan, TikTok menghadapi risiko pemblokiran penuh di AS. Selain itu, langkah ini juga memberikan ruang bagi perusahaan untuk terus mengembangkan strategi transparansi dan kepercayaan. TikTok telah berkomitmen untuk memindahkan data pengguna AS ke server lokal guna meredakan kekhawatiran pemerintah.
Meski perpanjangan waktu ini menjadi angin segar, masa depan TikTok di Amerika Serikat masih penuh dengan ketidakpastian. Banyak yang bertanya-tanya apakah penjualan kepada entitas lokal akan cukup untuk meredakan ketegangan politik. Hingga saat ini, TikTok terus beroperasi sambil menunggu hasil negosiasi. Jika kesepakatan berhasil tercapai, ini bisa menjadi preseden penting bagi aplikasi teknologi lain yang menghadapi tantangan serupa di masa depan.