FaktaSehari – AI atasi macet Jakarta,Kemacetan di Jakarta yang selama ini menjadi momok bagi warganya kini mulai mengalami penurunan signifikan. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menyebut bahwa selain pengembangan sistem transportasi publik seperti Transjabodetabek, pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) turut berkontribusi besar dalam mengatasi kemacetan di ibu kota.
Salah satu implementasi nyata AI dalam sektor lalu lintas Jakarta adalah sistem kendali lalu lintas cerdas atau Intelligent Traffic Control System. Sistem ini bekerja dengan mengatur arus kendaraan secara otomatis berdasarkan data kondisi jalan secara real-time. Saat ini, sistem tersebut telah dipasang di 65 titik strategis Jakarta dan terbukti membantu mengurangi kepadatan lalu lintas.
“Baca Juga : Kenaikan Dana Operasional RT/RW Jadi Beban Baru APBD DKI Jakarta“
Dampak positif dari penerapan AI terlihat jelas dalam laporan terbaru TomTom Traffic Index. Jakarta kini tidak lagi menyandang predikat kota termacet nomor satu di Indonesia. Bahkan secara global, posisi Jakarta turun ke peringkat 90 dari daftar kota paling macet di dunia. Gubernur Pramono optimistis jika sistem ini diperluas ke 300 titik, kondisi lalu lintas Jakarta akan semakin membaik.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk memperluas penerapan sistem AI ini ke lebih banyak titik kemacetan. Target penambahan 300 titik menjadi langkah besar dalam mempercepat transformasi transportasi berbasis teknologi. Menurut Pramono, teknologi ini bisa menjadi ujung tombak dalam membentuk wajah baru Jakarta yang lebih modern dan efisien.
“Simak Juga : DJP Kemenkeu Bantah Isu Pajak Amplop Kondangan“
Tidak hanya dalam sektor lalu lintas, Pramono juga menyoroti peran besar AI dalam pelayanan publik. Beberapa layanan seperti perizinan, pembuatan KTP, pengelolaan KJP, hingga aplikasi JAKI kini mulai memanfaatkan kecanggihan AI. Hal ini dilakukan demi mempercepat proses birokrasi dan meningkatkan kepuasan warga.
Gubernur Pramono menekankan pentingnya birokrasi yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Ia mengingatkan agar teknologi AI tidak hanya digunakan untuk kepentingan pencitraan, tetapi benar-benar untuk kemajuan kota. Dengan birokrasi yang siap berubah, Jakarta bisa semakin dekat dengan status sebagai kota global yang layak huni.
Melalui kombinasi antara transportasi publik modern dan teknologi AI yang masif, Jakarta diyakini bisa menjadi kota yang ramah bagi mobilitas warganya. Penurunan tingkat kemacetan bukanlah tujuan akhir, tetapi menjadi awal dari transformasi kota yang lebih nyaman, cepat, dan berbasis data dalam pengambilan kebijakan.