Ammar Zoni dan Babak Baru di Nusakambangan
FaktaSehari – Pemindahan Ammar Zoni ke Nusakambangan menandai fase baru yang lebih serius dalam kasus hukumnya. Dulu dikenal sebagai aktor populer, kini ia menghadapi kenyataan sebagai narapidana berisiko tinggi. Status ini tak main-main hanya diberikan kepada mereka yang dianggap mengancam keamanan. Bagi publik, ini jadi peringatan bahwa ketenaran tak menjamin kekebalan hukum. Di sisi lain, muncul pertanyaan: apakah pemindahan ini benar-benar demi pembinaan, atau hanya bentuk hukuman yang lebih keras?
“Baca Juga : Andre Taulany Jalani Sidang Cerai Lanjutan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan”
Nusakambangan: Pulau Terasing yang Penuh Cerita
Nusakambangan bukan sekadar penjara, tapi juga simbol isolasi total. Letaknya yang dikelilingi laut membuat pulau ini nyaris tak tersentuh dunia luar. Di masa kolonial, pulau ini digunakan untuk memenjarakan penjahat berat. Kini, tempat ini menjadi rumah bagi napi kelas kakap teroris, bandar narkoba, hingga koruptor besar. Meski terkenal angker, di balik tembok itu juga ada upaya pembinaan, walau tak mudah dijalankan dalam sistem yang serba tertutup.
High Risk: Antara Label dan Realita
Label “high risk” membawa dampak besar bagi napi yang menyandangnya. Itu artinya, mereka diawasi ketat dan minim akses terhadap dunia luar. Ammar Zoni termasuk salah satu yang dilabeli demikian, usai diduga mengendalikan narkoba dari balik sel. Tapi, label ini harus digunakan dengan adil. Jangan sampai ia malah jadi stempel permanen yang menutup peluang untuk berubah. Karena sejatinya, semua orang tetap punya kemungkinan memperbaiki diri.
“Simak Juga : Keluarga dan Sahabat Kecewa, Ammar Zoni Kembali Terseret Kasus Narkoba di Dalam Rutan”
Satu Sel Satu Orang: Isolasi atau Perlindungan?
Kebijakan satu sel satu orang terdengar ideal untuk pengamanan. Tidak ada kontak, tidak ada peluang kolusi. Tapi secara mental, hidup sendiri di ruang sempit bisa sangat menyiksa. Tekanan batin, stres, hingga rasa putus asa jadi risiko nyata. Dalam situasi seperti ini, penting untuk tidak melupakan sisi kemanusiaan. Karena meskipun mereka dipenjara, para napi tetap manusia yang butuh interaksi dan harapan.
Ketatnya Pengamanan di Pulau Penjara
Di Nusakambangan, setiap inci ruang dijaga dengan sistem keamanan tingkat tinggi. Penjaga bersenjata, kamera pengawas, pagar berlapis semuanya dirancang untuk mencegah pelarian. Tapi jika sistem hanya fokus pada keamanan, proses pembinaan bisa tertinggal. Padahal inti dari pemasyarakatan adalah mengubah perilaku, bukan sekadar mengurung. Pengamanan memang perlu, tapi pembinaan tetap harus jadi prioritas. Karena tanpa perubahan, hukuman hanya jadi lingkaran tanpa akhir.