Fakta Sehari – Indonesia kembali menekankan pentingnya pendekatan praktis dalam kerja sama regional Asia Timur. Dalam forum ASEAN+3 yang melibatkan ASEAN, China, Jepang, dan Korea Selatan, delegasi RI menyampaikan pandangan tersebut. Fokus utama Indonesia adalah efektivitas implementasi kebijakan. Jakarta mendorong agar program-program kerja konkret menjadi prioritas. Ini penting agar manfaat kerja sama benar-benar dirasakan rakyat. Selain itu, RI meminta agar pertemuan tidak hanya menghasilkan deklarasi simbolik. Pemerintah ingin melihat dampak nyata dari setiap kebijakan. Indonesia percaya bahwa ASEAN+3 memiliki potensi besar untuk menyelesaikan tantangan kawasan.
Dalam forum tersebut, delegasi Indonesia menyoroti sejumlah inisiatif yang dinilai kurang efektif. Beberapa program dinilai terlalu umum dan tidak menyasar masalah spesifik. Oleh karena itu, Indonesia mengusulkan evaluasi rutin terhadap mekanisme kerja sama yang berjalan. Evaluasi ini mencakup efisiensi, keterlibatan sektor swasta, dan hasil jangka pendek. Tujuannya untuk memastikan bahwa inisiatif tidak berhenti di atas kertas. Selain itu, RI mengajak negara lain untuk mempercepat realisasi proyek bersama. Misalnya dalam bidang pangan, energi, dan teknologi digital. Fokus pada sektor tersebut dinilai lebih relevan dengan kondisi global saat ini. Delegasi juga mengingatkan pentingnya koordinasi antar sekretariat regional.
“Baca Juga : Arbani Yasiz Akhirnya Angkat Bicara Soal Lamaran di Jepang”
ASEAN+3 lahir sebagai respons krisis keuangan Asia tahun 1997. Sejak itu, forum ini berkembang menjadi platform strategis di Asia Timur. Namun, di tengah persaingan geopolitik global, peran ASEAN+3 mulai dipertanyakan. Negara-negara mitra seperti Jepang dan Korea Selatan semakin sibuk dengan aliansi global lain. Sementara Tiongkok juga memperkuat pengaruh lewat inisiatif seperti Belt and Road. Indonesia khawatir jika ASEAN+3 tak bertransformasi, maka relevansinya akan menurun. Oleh karena itu, pendekatan praktis menjadi penting. RI mendorong forum ini tetap adaptif dengan perubahan zaman. Termasuk membuka diri terhadap usulan dari generasi muda dan pelaku UMKM.
Salah satu fokus utama Indonesia adalah ketahanan sektor vital. RI meminta agar ASEAN+3 tidak hanya bicara soal perdagangan. Namun juga soal kesehatan regional, pasokan energi, dan pangan. Pandemi COVID-19 menjadi pelajaran penting. Tanpa kerja sama lintas negara, respons kesehatan publik menjadi lemah. Oleh karena itu, RI mengusulkan pembentukan jaringan distribusi logistik bersama. Selain itu, untuk isu energi, Indonesia menawarkan studi bersama soal transisi energi bersih. RI juga menyampaikan ketertarikan pada integrasi rantai pasok pangan regional. Menurut delegasi Indonesia, kerja sama konkret di tiga sektor ini akan memperkuat solidaritas kawasan.
“Simak juga: Fahira Idris Gaungkan Pentingnya Donor Darah, Ini Respons Kalangan Milenial”
Meskipun usulan RI mendapat sambutan, implementasinya tetap penuh tantangan. ASEAN+3 terdiri dari negara dengan kepentingan nasional sangat berbeda. China dan Jepang kerap berseberangan dalam isu perdagangan dan teknologi. Korea Selatan punya strategi ekonomi yang berbeda dari negara ASEAN. Indonesia menyadari pentingnya menjaga keseimbangan dalam forum ini. Oleh karena itu, RI menekankan bahwa pendekatan praktis bukan berarti mengabaikan diplomasi. Justru sebaliknya, diplomasi harus diarahkan untuk mendorong keputusan bersama yang operasional. Delegasi Indonesia juga mengusulkan pembentukan gugus tugas cepat untuk setiap isu. Gugus ini bisa diisi pakar dari negara anggota.
Indonesia menyoroti pentingnya partisipasi non-pemerintah dalam kerja sama regional. Menurut RI, selama ini sektor swasta dan masyarakat sipil belum cukup dilibatkan. Padahal mereka punya perspektif langsung atas tantangan di lapangan. Oleh karena itu, RI menyarankan pembentukan forum dialog lintas sektor. Forum ini bisa menjadi penghubung antara pemerintah dan pelaku usaha. RI juga mendukung pemanfaatan platform digital untuk diskusi lintas negara. Termasuk pelibatan kampus dan think tank dalam evaluasi kebijakan. Semua ini ditujukan agar ASEAN+3 tidak hanya eksklusif di level elit birokrasi. Melainkan benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat di setiap negara anggota.
Setelah forum tersebut, Indonesia berencana mengirim proposal tertulis. Proposal ini akan merinci sejumlah langkah praktis yang dapat dijalankan segera. Misalnya, penyederhanaan prosedur bea cukai untuk produk pangan. Atau penyusunan kurikulum pelatihan tenaga kerja digital bersama. Indonesia juga menawarkan diri menjadi tuan rumah pilot project. Proyek ini diharapkan bisa menjadi model konkret untuk replikasi. Dalam forum ASEAN+3 berikutnya, Indonesia akan membawa laporan kemajuan. Hal ini dilakukan agar proses kerja sama tetap transparan dan terukur. Indonesia berharap langkah ini menjadi pemicu semangat baru dalam integrasi kawasan.