Gerakan Baliho PSI Mulai Menyasar Seluruh Kecamatan
FaktaSehari – Suasana Rakorwil PSI se-Sulawesi Tengah berubah hangat ketika Ketua Harian PSI Ahmad Ali mengambil mikrofon dan menegaskan satu instruksi utama: seluruh kecamatan di Sulteng harus segera dipenuhi baliho PSI. Dengan nada tegas namun tetap akrab, Ali menjelaskan bahwa partai telah membeli dua mesin cetak untuk memastikan produksi berjalan cepat dan terkontrol. Ia meminta setiap DPC memasang setidaknya lima baliho berukuran 3×4 meter per kecamatan, sebelum perlahan memasukkannya ke tingkat desa. Instruksi itu bukan sekadar tuntutan logistik, tetapi penegasan bahwa PSI ingin hadir secara nyata di tengah masyarakat. Menurut Ali, keberadaan baliho menjadi langkah awal membangun kedekatan antara kader, calon pemilih, dan wajah-wajah yang mewakili semangat baru partai.
Wajah Kaesang, Jokowi, dan Ali Menjadi Standar Baliho
Di tengah perbincangan mengenai strategi visual, Ali menekankan bahwa format baliho harus konsisten: wajah Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep, Presiden ke-7 RI Joko Widodo, serta dirinya sebagai Ketua Harian wajib terpampang. Ia menyebut bahwa masyarakat Sulteng mengenal tiga tokoh tersebut, terutama Jokowi dan dirinya. Karena itu, pencantuman foto dianggap krusial untuk memperkuat identitas PSI di wilayah yang ia sebut sebagai “kampung sendiri”. Instruksi ini disampaikan tanpa maksud mengecilkan pengurus lain, melainkan berdasar pertimbangan efektivitas komunikasi politik. Dalam pandangan Ali, kehadiran figur yang familiar akan membantu masyarakat mengaitkan PSI dengan nilai-nilai yang selama ini mereka lihat pada tokoh-tokoh tersebut.
“Baca Juga : Kebijakan Baru Google yang Lebih Transparan bagi Pengguna”
Pentingnya Figur Jokowi dalam Identitas PSI
Dalam penjelasannya, Ali kembali menegaskan posisi Joko Widodo sebagai patron PSI. Ia menyebut bahwa Jokowi adalah simbol harapan bagi banyak warga, terutama mereka yang berasal dari latar belakang sederhana. Menurutnya, perjalanan Jokowi dari rakyat biasa hingga menjadi Presiden RI merupakan bukti bahwa politik bukan hanya arena bagi kaum elit. Figur itu, kata Ali, sangat relevan bagi PSI yang mengusung narasi keberpihakan pada masyarakat dan antikorupsi. Dengan menempatkan wajah Jokowi di baliho, PSI ingin menghadirkan inspirasi, sekaligus menguatkan citra partai sebagai gerakan yang membuka peluang bagi siapa saja yang ingin berkarya.
Narasi Kesederhanaan sebagai Modal Politik PSI
Ali menceritakan kembali bagaimana Jokowi membangun karier politiknya tanpa berasal dari keluarga partai atau latar belakang bangsawan. Kisah itu, menurut Ali, selaras dengan semangat PSI yang ingin mendobrak batasan dan membuka pintu pada anak muda dengan modal kejujuran serta konsistensi. Ia menggambarkan Jokowi sebagai bukti nyata bahwa politik tidak menuntut warisan kekuasaan, melainkan karakter dan kerja keras. Dengan menyampaikan cerita tersebut, Ali berharap masyarakat Sulteng merasakan bahwa nilai-nilai itu juga menjadi DNA PSI. Narasi ini sekaligus menjembatani hubungan emosional antara partai, tokoh-tokoh utamanya, dan para simpatisan.
Harapan Ali untuk Generasi Muda Indonesia
Dalam sesi akhir arahannya, Ali menekankan pentingnya memberi ruang bagi anak muda dalam politik. Ia berharap baliho yang terpampang hingga desa mampu membangkitkan keyakinan generasi baru bahwa politik bukan dunia yang menakutkan. Ali ingin anak-anak muda percaya bahwa jabatan publik tidak hanya untuk mereka yang kaya atau berasal dari keluarga berpengaruh. Menurutnya, modal terpenting dalam politik adalah konsistensi, kejujuran, dan nilai-nilai baik yang tertanam dalam diri. Ia optimistis, jika generasi muda menjaga integritas, masyarakat akan mendukung mereka dan partai-partai akan berlomba merekrut mereka. Pesan itu menutup pertemuan dengan suasana inspiratif.
“Simak Juga : Kinerja Jamkrindo yang Menguat Menjelang Akhir 2025”
Strategi Visual PSI sebagai Upaya Memperluas Jejak Politik
Pemasangan baliho hingga desa bukan hanya langkah kampanye, tetapi strategi PSI untuk memperluas jejak politik di wilayah dengan potensi elektoral besar. Dengan visual yang seragam dan tokoh yang mudah dikenali, PSI ingin memastikan masyarakat Sulteng merasa dekat dengan partai. Pendekatan ini juga diharapkan menjadi jembatan untuk memperkenalkan program, gagasan, dan arah perjuangan PSI menjelang pemilu. Dalam pandangan Ali, membangun kehadiran fisik melalui baliho hanyalah langkah pertama. Sisanya, kata dia, akan ditentukan oleh kerja kader dan partisipasi warga yang percaya bahwa politik adalah ruang untuk menciptakan perubahan.
Mesin Cetak, DPC, dan Percepatan Gerakan Akar Rumput
Ali menutup arahan dengan instruksi teknis: mesin cetak harus segera beroperasi, DPC harus bergerak cepat, dan pemasangan harus dilakukan seefektif mungkin. Ia menegaskan bahwa kerja politik tidak boleh menunggu. Dengan memproduksi baliho sendiri, PSI dapat menghemat biaya dan memastikan kualitas visual yang terjaga. Ali ingin gerakan akar rumput ini berlangsung simultan di seluruh kecamatan agar masyarakat melihat PSI hadir secara serentak. Langkah tersebut menggambarkan model organisasi yang gesit, terkoordinasi, dan siap bekerja dari level paling bawah. Bagi Ali, inilah momentum membangun gambaran nyata tentang PSI sebagai partai yang dekat dan relevan bagi rakyat Sulteng.


