Keracunan Massal MBG di China: 247 Siswa TK Jadi Korban Timbal

Keracunan Massal MBG di China: 247 Siswa TK Jadi Korban Timbal

FaktaSehari – Sebanyak 247 siswa Taman Kanak-kanak (TK) di Tianshui, Provinsi Gansu, China, mengalami keracunan massal setelah rutin menyantap makanan sekolah dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kasus ini langsung mengguncang publik dan memicu penyelidikan besar-besaran.

Enam orang ditangkap, sementara hampir 30 pejabat dan staf sekolah diperiksa. Skandal ini membuka fakta mengejutkan soal praktik berbahaya yang dilakukan demi kepentingan pemasaran semata.

Awal Mula Skandal Keracunan Massal di Tianshui

Keracunan bermula ketika manajemen TK mengizinkan staf dapur menggunakan pewarna bubuk yang dibeli secara daring pada 2024. Padahal, produk itu jelas berlabel “tidak untuk dimakan”.

Sayangnya, pewarna tetap digunakan untuk mempercantik tampilan makanan anak-anak. Menurut laporan investigasi, keputusan ini dibuat dengan persetujuan langsung dari kepala sekolah dan investor TK.

“Baca Juga : 1.000 Kopdes Merah Putih Siap Terima Pinjaman Himbara Pekan Depan”

Pewarna Ilegal yang Jadi Biang Kerok

Sejak Mei 2024, makanan dengan pewarna berbahaya itu rutin disajikan setiap bulan. Hasil pemeriksaan menunjukkan beberapa pewarna memiliki kandungan timbal lebih dari 20 persen.

Bahkan, salah satu pigmen ditemukan mengandung timbal hingga 400.000 kali lipat dari batas aman. Akibatnya, makanan yang dikonsumsi anak-anak mengandung timbal hingga 2.000 kali melebihi standar nasional keamanan pangan.

Ratusan Anak TK Jadi Korban Timbal

Awalnya, 235 siswa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami gejala keracunan. Mereka mual, sakit perut, bahkan beberapa giginya berubah hitam. Setelah pemeriksaan lanjutan, jumlah korban bertambah menjadi 247 siswa, ditambah beberapa staf sekolah.

Tak hanya itu, lima anak yang sudah lulus dari TK tersebut tahun lalu juga ditemukan memiliki kadar timbal abnormal dalam darah. Mereka kini menjalani program intervensi gizi untuk memulihkan kondisi.

“Simak Juga : Gallup 2025: Rasa Aman Jalan Malam Dunia Tertinggi dalam 20 Tahun, Singapura Jadi yang Teraman”

Penanganan Kacau dan Upaya Tutup-Tutupi

Investigasi mengungkap adanya serangkaian kegagalan dalam penanganan kasus. Sejumlah pejabat dan staf sekolah berupaya menutup-nutupi skandal ini dengan cara:

  • Memberikan suap untuk menghindari pemeriksaan,
  • Memanipulasi hasil tes kesehatan,
  • Menunda penyampaian informasi kepada orang tua murid.

Temuan ini memperlihatkan bahwa keselamatan anak-anak sempat dikorbankan demi menjaga citra sekolah.

Dari Pejabat hingga Investor: Siapa yang Bertanggung Jawab?

Pemerintah Provinsi Gansu menegaskan, penegakan hukum tidak berhenti pada staf sekolah saja. Hampir 30 pejabat lokal sedang diusut terkait kelalaian hingga dugaan korupsi dalam kasus ini.

Sementara enam orang sudah resmi ditahan, termasuk kepala sekolah dan beberapa staf dapur. Mereka terancam hukuman berat karena dianggap lalai sekaligus dengan sengaja membahayakan anak-anak.