Waspadai Tanda Diabetes Anak yang Sering Tidak Disadari
FaktaSehari – Diabetes pada anak sering kali datang tanpa tanda yang jelas, sehingga banyak orangtua tidak menyadari gejala awalnya. Menurut dr. Dicky Tahapary, Sp.PD-KEMD, beberapa gejala justru muncul dalam pola hidup sehari-hari dan terlihat sederhana. Misalnya, anak tiba-tiba lebih sering buang air kecil atau kembali mengompol padahal sebelumnya sudah terlatih. Kondisi ini terjadi karena tubuh berusaha membuang kelebihan gula melalui urin. Selain itu, anak bisa tampak lebih cepat haus atau lemas tanpa sebab yang jelas. Transisi antara gejala satu dan lainnya sering luput dari perhatian, membuat risiko diabetes meningkat tanpa terdeteksi. Dengan memahami tanda-tanda ini lebih awal, orangtua dapat mengambil langkah tepat untuk pemeriksaan dan penanganan sebelum kondisi berkembang lebih serius.
Sering Buang Air Kecil atau Ngompol, Sebuah Sinyal Penting
Salah satu tanda diabetes paling umum pada anak adalah frekuensi buang air kecil yang meningkat. Anak yang sudah besar bisa kembali mengompol, terutama pada malam hari. Menurut dr. Dicky, perubahan ini terjadi ketika kadar gula darah terlalu tinggi sehingga tubuh mencoba mengeluarkannya melalui urin. Anak mungkin terlihat sering ke toilet, bahkan terbangun berkali-kali saat tidur. Orangtua sering mengira hal ini wajar atau sekadar kebiasaan buruk, padahal bisa menjadi sinyal kuat gangguan metabolik. Selain itu, anak biasanya merasa sangat haus setelahnya karena tubuh kehilangan banyak cairan. Gejala ini sering menjadi titik awal yang terlihat jelas, sehingga perlu diperhatikan dengan cermat agar deteksi dini bisa dilakukan sebelum kondisi berkembang lebih berat.
Kulit Leher Menggelap, Tanda Tubuh Sedang Berjuang
Perubahan warna kulit pada leher atau tengkuk adalah tanda lain yang sering diabaikan. Bagian tersebut tampak lebih gelap atau kehitaman dibandingkan area kulit lainnya. Kondisi ini dikenal sebagai acanthosis nigricans dan menandakan adanya resistensi insulin. Menurut dr. Dicky, perubahan ini biasanya mulai terlihat pada anak usia remaja, tetapi dapat muncul lebih awal. Resistensi insulin membuat tubuh bekerja lebih keras untuk mengatur gula darah, dan kulit menjadi petunjuk luar yang mudah dikenali. Orangtua sering salah mengira perubahan ini sebagai kotoran atau iritasi biasa. Padahal, ini dapat menjadi tanda awal diabetes yang perlu dikaji lebih lanjut. Dengan mengenali sinyal ini sejak awal, langkah pencegahan dapat diambil lebih cepat.
Pertumbuhan Anak Melambat, Tubuh Mengirim Pesan
Tanda lain yang patut diwaspadai adalah pertumbuhan anak yang mendadak melambat. Berat badan yang sebelumnya meningkat stabil bisa tiba-tiba menurun. Menurut dr. Dicky, hal ini menandakan metabolisme tubuh anak mulai terganggu. Anak mungkin terlihat lebih lemas, mudah lapar atau mengalami perubahan mood. Transisi ini sering terlambat disadari karena orangtua menganggap perubahan berat badan sebagai hal biasa. Namun, ketika pertumbuhan tidak sesuai dengan kurva usia, perhatian lebih perlu diberikan. Gejala ini bisa menjadi penanda bahwa tubuh anak tidak mampu memproses energi dengan baik akibat gula yang tidak masuk ke sel. Dengan pemantauan rutin, orangtua bisa lebih cepat mengenali adanya gangguan metabolik.
Obesitas dan Risiko Diabetes Anak yang Meningkat
Dulu, diabetes pada anak lebih banyak berkaitan dengan faktor genetik atau diabetes tipe 1. Namun kini, meningkatnya kasus obesitas membuat diabetes tipe 2 pada anak ikut melonjak. Menurut dr. Dicky, pola hidup anak yang semakin jarang bergerak dan konsumsi makanan tinggi gula menjadi pemicu utama. Obesitas membuat tubuh tidak mampu merespons insulin dengan baik sehingga risiko diabetes meningkat drastis. Anak yang mengalami kelebihan berat badan biasanya menunjukkan ciri-ciri seperti cepat lelah, sering lapar dan perubahan perilaku makan. Dengan memahami hubungan erat antara obesitas dan diabetes, orangtua bisa mulai melakukan perubahan kecil dalam gaya hidup keluarga. Langkah ini penting untuk menurunkan risiko jangka panjang yang dapat memengaruhi kesehatan anak di masa dewasa.
“Simak Juga : Benarkah Makan Daging Merah Bisa Sebabkan Kanker Payudara? Ini Penjelasan Dokter”
Pentingnya Memantau Kurva Pertumbuhan Anak
Pemantauan pertumbuhan menjadi langkah penting dalam mendeteksi risiko diabetes sejak dini. Menurut dr. Dicky, orangtua perlu mencatat berat dan tinggi anak secara rutin lalu memasukkannya ke kurva pertumbuhan. Dengan cara ini, perubahan drastis pada pertumbuhan dapat terlihat lebih cepat. Anak yang kurvanya turun di luar pola biasanya perlu dievaluasi lebih lanjut. Selain itu, pemantauan membantu orangtua memahami apakah nutrisi dan aktivitas anak sudah sesuai usia. Kebiasaan ini sering dianggap sepele, padahal dapat menyelamatkan anak dari risiko kesehatan yang lebih besar. Pemantauan sederhana ini juga memberi ruang bagi dokter untuk memberi penanganan lebih cepat dan tepat. Dengan memperhatikan kurva pertumbuhan, orangtua dapat mengambil langkah preventif sebelum gejala berkembang menjadi penyakit.
Mengapa Orangtua Perlu Lebih Waspada Hari Ini
Kasus diabetes pada anak terus meningkat, menjadikan kewaspadaan orangtua semakin penting. Banyak gejala tampak biasa, tetapi sebenarnya merupakan tanda tubuh sedang berjuang. Dengan memahami pola makan, aktivitas fisik dan perubahan kecil dalam kebiasaan anak, orangtua dapat membantu mencegah risiko yang lebih besar. Pola hidup modern membuat anak lebih rentan terhadap diabetes tipe 2, sehingga langkah pencegahan perlu dimulai dari rumah. Selain itu, edukasi tentang kesehatan metabolik membantu anak tumbuh dengan lebih sadar akan tubuhnya sendiri. Di tengah meningkatnya angka kasus, perhatian dan pemahaman orangtua menjadi benteng pertama yang menentukan masa depan kesehatan anak. Kesadaran ini bukan hanya soal pengetahuan, tetapi juga bentuk kasih sayang jangka panjang.


