5 Kebiasaan Sehat yang Diam-Diam Bisa Merusak Ginjal

5 Kebiasaan Sehat yang Diam-Diam Bisa Merusak Ginjal

FaktaSehari – Di tengah gaya hidup yang semakin sadar kesehatan, banyak orang merasa sudah berada di jalur yang benar. Namun, tanpa disadari, sejumlah kebiasaan yang tampak aman ternyata memberikan beban tambahan pada ginjal. Organ kecil ini bekerja tanpa henti menyaring racun, menjaga keseimbangan cairan, dan mengatur elektrolit. Ketika beban kerja meningkat, kerusakan bisa terjadi secara perlahan. Fenomena ini banyak dijumpai pada orang sehat, sekaligus pada mereka yang memiliki penyakit ginjal kronis. Karena itu, mengenali kebiasaan yang diam-diam memberi tekanan pada g1njal menjadi sangat penting. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat dapat memilih langkah yang lebih aman dan menjaga fungsi ginjal tetap stabil sepanjang hidup.

Asupan Protein Berlebihan yang Membuat Ginjal Bekerja Lebih Keras

Protein adalah nutrisi penting, tetapi tubuh memiliki batas dalam mengolahnya. Banyak orang yang menjalani latihan fisik intens lalu meningkatkan konsumsi protein dua hingga tiga kali lipat dari kebutuhan hariannya. Tanpa disadari, kebiasaan itu memaksa ginjal menyaring hasil metabolisme protein dalam jumlah besar. Urolog David Shusterman mengingatkan bahwa tubuh tidak membangun otot lebih cepat hanya karena protein berlebih. Bahkan, nefrolog Tim Pflederer menambahkan bahwa protein hewani jauh lebih berat diproses oleh ginjal, terutama bagi orang yang sudah memiliki gangguan. Menyeimbangkan protein hewani dengan sumber nabati seperti kedelai, kacang-kacangan, dan biji-bijian menjadi langkah bijak agar beban g1njal tetap terkendali.

“Baca Juga : Duka Ibunda Raisa dan Pentingnya Skrining Dini Kanker Paru”

Risiko Tersembunyi dari Suplemen yang Dipercaya Membuat Tubuh Lebih Sehat

Ledakan industri suplemen membuat masyarakat semakin yakin bahwa setiap kebutuhan tubuh bisa dipenuhi lewat kapsul atau tablet. Padahal, beberapa suplemen justru memberi risiko serius pada ginjal, terutama jika dikonsumsi tanpa pengawasan. Vitamin D misalnya, dapat berinteraksi dengan obat tertentu pada pasien penyakit ginjal kronis hingga memicu penumpukan aluminium. Suplemen kalium dan herbal yang mengandung mineral serupa juga bisa meningkatkan kadar kalium darah, yang berbahaya bagi jantung dan ginjal. Karena itu, sebelum membeli suplemen, konsultasi medis menjadi langkah penting. Dengan evaluasi yang tepat, seseorang dapat mencegah kerusakan ginjal jangka panjang tanpa harus mengorbankan tujuan kesehatannya.

Teh Detoks yang Terlihat Aman tetapi Berisiko Menguras Cairan Tubuh

Tren teh detoks sering dianggap sebagai jalan pintas untuk membersihkan racun atau menurunkan berat badan. Namun, kebiasaan ini sebenarnya memiliki risiko besar bagi g1njal. Banyak teh detoks mengandung diuretik yang memicu peningkatan buang air kecil. Kondisi tersebut menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan hingga memicu dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Belum lagi bahan herbal seperti licorice root, St. John’s wort, dan daun senna yang dapat memberi efek negatif pada ginjal. Shusterman mengingatkan bahwa tubuh sebenarnya sudah memiliki sistem detoks alami, yaitu ginjal itu sendiri. Dengan pola makan kaya serat, hidrasi cukup, dan asupan makanan utuh, tubuh mampu bekerja optimal tanpa bantuan produk tambahan.

“Simak Juga : Hari AIDS Sedunia 2025: Seruan Menghadapi Disrupsi dan Mengubah Arah Respons Global”

Minum Air Terlalu Banyak dan Risiko Kerja Berat pada Ginjal

Meski hidrasi penting, konsumsi air yang berlebihan juga berbahaya. G1njal memiliki kapasitas terbatas, hanya mampu memproses sekitar 0,8 hingga 1 liter air setiap jam. Ketika seseorang minum terlalu cepat, kadar natrium dalam darah bisa turun drastis. Kondisi ini dikenal sebagai hiponatremia dan dapat memicu pembengkakan sel, termasuk pada otak. Gejalanya mulai dari pusing, mual, hingga kondisi gawat darurat yang mengancam nyawa. Para ahli menyarankan agar seseorang minum sesuai rasa haus dan memantau warna urine. Urine yang berwarna kuning pucat menandakan hidrasi yang cukup tanpa memberi beban berlebih pada ginjal.

Penggunaan NSAID yang Terlalu Sering dan Dampaknya pada Filtrasi Ginjal

Obat antiinflamasi nonsteroid atau NSAID sering digunakan untuk meredakan sakit kepala, nyeri otot, hingga demam. Namun, penggunaan rutin justru dapat menurunkan aliran darah menuju ginjal. Bila terus berulang, kondisi ini menghambat proses filtrasi dan merusak jaringan ginjal secara bertahap. Ahli nyeri Thomas Pontinen menekankan bahwa kerusakan ginjal sering muncul bertahun-tahun kemudian, terutama pada orang yang mengalami dehidrasi atau tekanan darah tinggi. Karena itu, penggunaan NSAID sebaiknya dilakukan hanya ketika benar-benar dibutuhkan. Untuk keluhan ringan, alternatif seperti peregangan, istirahat cukup, kompres, serta hidrasi dapat membantu meredakan rasa sakit tanpa menambah risiko kesehatan.