Nyeri Punggung Tak Selalu dari Tulang, Bisa Jadi Karena Otot Bokong yang “Lupa Bekerja”
FaktaSehari – Banyak orang mengeluh nyeri punggung bawah, pinggang pegal, atau lutut terasa lemah tanpa tahu penyebab pastinya. Istilah seperti dead butt syndrome, gluteal amnesia, atau bokong lemas memang jarang ditemukan dalam literatur medis resmi. Namun, para ahli sepakat bahwa istilah-istilah ini merujuk pada kondisi yang sama: Otot Bokong atau gluteus yang melemah dan tidak bekerja optimal. Dean Somerset, ahli fisiologi olahraga klinis dari Kanada, menjelaskan bahwa gluteus seharusnya menjadi penopang utama gerak tubuh. Sayangnya, pola hidup modern yang didominasi duduk lama membuat otot ini “tertidur”. Tanpa disadari, tubuh mulai mengompensasi dengan menggunakan otot lain, yang justru memicu rasa nyeri berkepanjangan. Kondisi ini tidak memilih korban, baik pekerja kantoran maupun individu aktif bisa mengalaminya.
Duduk Terlalu Lama Bukan Satu-Satunya Penyebab
Meski sering dikaitkan dengan gaya hidup sedentari, gluteal amnesia tidak selalu menyerang orang yang jarang bergerak. Chad Waterbury, terapis fisik asal Los Angeles, justru kerap menemukan kondisi ini pada klien yang rutin berolahraga, bahkan atlet profesional. Masalahnya bukan sekadar kurang aktivitas, melainkan pola gerak yang keliru. Saat melakukan squat, deadlift, atau lunge, otot lain seperti punggung bawah dan hamstring sering “mencuri” peran gluteus. Akibatnya, bokong tidak pernah benar-benar dilatih untuk aktif. Seiring waktu, otak terbiasa dengan pola ini dan menganggapnya normal. Transisi ini terjadi perlahan, tanpa rasa sakit di awal, hingga akhirnya tubuh mengirimkan sinyal berupa nyeri yang sulit dijelaskan penyebabnya.
“Baca Juga : Pantangan Gula Darah Tinggi yang Sering Diabaikan, Ini Penjelasan Dokter”
Ketika Bokong Lemah, Punggung dan Lutut Menanggung Beban
Gluteus memiliki peran vital sebagai stabilisator tubuh. Ketika otot ini gagal bekerja, beban gerak dialihkan ke punggung bawah dan lutut. Waterbury menjelaskan bahwa kondisi ini dapat memicu nyeri punggung kronis yang bertahan bertahun-tahun. Bahkan, saat berolahraga, gluteus yang pasif meningkatkan risiko nyeri lutut dan cedera serius seperti robekan ACL. Inilah mengapa penderita dead butt syndrome sering berada di persimpangan masalah: nyeri punggung, lutut, atau keduanya. Gambaran ini menunjukkan bahwa tubuh bekerja sebagai satu kesatuan. Ketika satu bagian “lupa tugasnya”, bagian lain dipaksa bekerja lebih keras, hingga akhirnya kelelahan dan cedera.
Gluteal Amnesia dan Cara Otak Mengubah Pola Gerak
Profesor Stuart McGill, pakar biomekanik tulang belakang, memperkenalkan istilah “gluteal amnesia” untuk menggambarkan fenomena neurologis di balik kondisi ini. Menurutnya, nyeri jangka panjang membuat sistem saraf mengubah distribusi impuls ke otot. Rasa sakit memicu mekanisme penghambatan, sehingga otak mencari jalur gerak alternatif yang terasa lebih aman. Masalahnya, meski nyeri awal sudah mereda, otak tetap “mengingat” pola yang salah. Akibatnya, gluteus terus terabaikan. Studi McGill pada 2013 menunjukkan bahwa kondisi ini lebih tepat disebut inhibisi gluteal, karena sebenarnya masih bisa dipulihkan. Kuncinya terletak pada melatih ulang otak dan tubuh agar kembali bekerja selaras.
“Simak Juga : Diabetes Tak Datang Mendadak: Awal Bahayanya Sering Tak Disadari”
Mengapa Kondisi Ini Sering Luput dari Diagnosis
Dead butt syndrome kerap tidak terdeteksi karena gejalanya menyerupai gangguan lain. Pasien datang dengan keluhan nyeri punggung, lutut, atau pinggul, namun fokus pemeriksaan sering tertuju pada tulang atau sendi. Padahal, sumber masalahnya bisa berada pada otot bokong yang pasif. Selain itu, banyak orang merasa “cukup aktif”, sehingga menepis kemungkinan ototnya lemah. Padahal, aktivitas tidak selalu berarti aktivasi yang tepat. Tanpa kesadaran akan pola gerak, latihan justru memperkuat kompensasi yang salah. Inilah sebabnya edukasi menjadi krusial. Memahami bahwa nyeri bisa berakar dari otot yang tidak bekerja membantu seseorang mengambil langkah pemulihan lebih tepat dan berkelanjutan.
Tes Sederhana untuk Menilai Fungsi Otot Bokong
Untuk mengetahui apakah gluteus masih bekerja optimal, Chad Waterbury merekomendasikan tes mandiri berupa jembatan glute satu kaki. Caranya sederhana: berbaring telentang, satu kaki lurus ke atas, kaki lainnya menapak lantai. Angkat bokong hingga tubuh membentuk garis lurus dan tahan selama 20 detik. Perhatikan otot mana yang paling terasa bekerja. Jika kontraksi dominan muncul di hamstring atau punggung bawah, bukan di bokong, itu tanda gluteus perlu diaktifkan kembali. Ketidakseimbangan kanan dan kiri juga umum terjadi. Tes ini bukan untuk menghakimi tubuh, melainkan menjadi titik awal memahami sinyal yang selama ini terabaikan.


