Fakta Sehari – Skrining anemia merupakan salah satu langkah penting dalam menjaga kesehatan ibu hamil dan balita. Menteri Kesehatan Indonesia, dalam berbagai kesempatan, selalu menekankan pentingnya deteksi dini terhadap anemia. Anemia pada ibu hamil dapat berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan bayi yang dikandung, sementara pada balita, kondisi ini dapat menghambat tumbuh kembang mereka. Oleh karena itu, skrining anemia perlu dilakukan secara rutin dan tepat waktu.
“Baca Juga : Dana Jaminan Sosial Kesehatan (JKN) Defisit Rp9,56 T pada 2024”
Proses skrining anemia pada ibu hamil biasanya dimulai dengan pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam tubuh. Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika kadar hemoglobin ibu hamil lebih rendah dari standar, maka ibu tersebut dapat dikategorikan mengalami anemia. Skrining ini umumnya dilakukan pada awal kehamilan dan diulang pada trimester kedua serta ketiga. Pemeriksaan lebih lanjut akan dilakukan jika hasil skrining menunjukkan adanya tanda-tanda anemia.
Untuk balita, skrining anemia juga dilakukan melalui pemeriksaan darah. Pada anak-anak, anemia dapat menyebabkan gejala seperti mudah lelah, pucat, dan gangguan perkembangan. Skrining ini sangat penting dilakukan pada usia balita, terutama pada usia di bawah dua tahun, yang merupakan masa penting dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan otak. Pemeriksaan ini membantu mendeteksi anemia sejak dini sehingga penanganan yang tepat bisa dilakukan untuk mencegah dampak jangka panjang.
“Simak juga: Google Mulai Sadar ‘Ditinggalkan’ Gen Z”
Penyebab anemia pada ibu hamil biasanya berkaitan dengan kekurangan zat besi dalam tubuh. Selain itu, anemia juga dapat disebabkan oleh kekurangan folat dan vitamin B12. Pada balita, kekurangan gizi, terutama zat besi, sering menjadi penyebab utama anemia. Diet yang tidak seimbang dan kurangnya konsumsi makanan bergizi dapat menyebabkan defisiensi zat besi, yang berperan penting dalam pembentukan sel darah merah yang sehat.
Jika anemia tidak terdeteksi atau tidak segera diobati, dapat menyebabkan komplikasi serius. Pada ibu hamil, anemia dapat meningkatkan risiko persalinan prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, serta gangguan pertumbuhan janin. Sementara itu, pada balita, anemia dapat menghambat perkembangan kognitif dan motorik, serta meningkatkan risiko infeksi. Oleh karena itu, skrining anemia menjadi langkah awal yang penting untuk mencegah masalah-masalah kesehatan tersebut.
Pengobatan anemia pada ibu hamil dan balita biasanya melibatkan pemberian suplemen zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Dalam beberapa kasus, ibu hamil atau balita yang mengalami anemia berat memerlukan perawatan lebih intensif, seperti transfusi darah. Pemerintah juga mendorong masyarakat untuk memperbanyak konsumsi makanan bergizi, terutama yang kaya akan zat besi, seperti sayuran hijau, daging merah, dan kacang-kacangan, sebagai upaya pencegahan anemia.