Fakta Sehari – Menunaikan ibadah haji adalah perjalanan spiritual sekaligus fisik yang sangat menguras tenaga. Para jemaah harus siap menghadapi suhu panas, aktivitas padat, dan kondisi lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, menjaga stamina menjadi hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh harus dijaga sebelum, selama, dan setelah menjalankan ibadah. Salah satu kunci utama adalah asupan gizi yang seimbang. Banyak dokter gizi menyarankan pola makan dan gaya hidup tertentu agar tetap bugar selama di Tanah Suci. Perjalanan panjang membutuhkan persiapan matang dari segi fisik maupun mental.
Tubuh membutuhkan energi untuk menghadapi rangkaian ibadah haji yang padat. Menurut dr. Yuliawan, seorang dokter gizi klinik, kebutuhan kalori harian meningkat saat menjalankan ibadah. Oleh karena itu, jemaah dianjurkan mengonsumsi makanan tinggi protein seperti telur, ikan, daging, dan kacang-kacangan. Selain itu, sumber karbohidrat kompleks seperti nasi merah atau kentang juga disarankan. Makanan ini memberi energi tahan lama tanpa menyebabkan kenaikan gula darah drastis. Sayuran dan buah juga wajib ada dalam menu harian. Serat membantu menjaga pencernaan tetap lancar di tengah perubahan pola makan. Vitamin dan mineral penting menjaga kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.
“Baca Juga : AC Xiaomi Kini di Indonesia, Simak Harga dan Keunggulannya”
Dehidrasi menjadi salah satu ancaman terbesar saat haji. Suhu udara di Mekkah dan Madinah bisa mencapai 40 derajat Celsius. Tubuh bisa kehilangan banyak cairan melalui keringat tanpa disadari. Dokter gizi menyarankan minum air putih setidaknya dua liter per hari. Hindari minuman manis dan berkafein karena dapat mempercepat pengeluaran cairan dari tubuh. Air kelapa bisa menjadi pilihan tambahan yang menyegarkan dan mengandung elektrolit alami. Jemaah juga disarankan membawa botol air minum sendiri dan minum sedikit-sedikit tapi sering. Jangan tunggu haus karena itu sudah tanda tubuh mulai kekurangan cairan. Perhatikan warna urin sebagai indikator. Semakin gelap warnanya, berarti tubuh kurang cairan.
Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan jemaah adalah makan terlalu berat sebelum wukuf atau tawaf. Perut yang penuh dapat mengganggu kenyamanan dan memicu gangguan pencernaan. Dr. Yuliawan menyarankan konsumsi makanan ringan seperti roti gandum, pisang, atau yogurt sebelum melakukan aktivitas utama. Hindari gorengan dan makanan bersantan yang sulit dicerna dan berisiko menyebabkan diare atau perut kembung. Lebih baik makan dalam porsi kecil tapi sering. Saat berbuka puasa atau setelah salat, pilih menu dengan keseimbangan antara protein, karbohidrat, dan serat. Gula alami dari kurma dapat membantu memulihkan energi secara cepat. Hindari konsumsi berlebihan karena bisa menyebabkan rasa lesu.
“Simak juga: Profil Lengkap Rivan Purwantono, Dirut Jasa Marga Terbaru”
Dalam kondisi tertentu, makanan saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Terutama bagi jemaah lanjut usia atau yang memiliki penyakit penyerta. Dokter gizi menyarankan penggunaan suplemen tambahan seperti multivitamin, vitamin C, atau mineral seperti zinc dan magnesium. Namun, pemakaian harus sesuai anjuran medis dan tidak boleh sembarangan. Sebelum berangkat, sebaiknya konsultasi terlebih dahulu ke dokter. Jangan membeli suplemen tanpa label resmi atau dari sumber tidak jelas. Perhatikan pula interaksi antara suplemen dan obat yang dikonsumsi rutin. Suplemen bukan pengganti makanan, tetapi hanya pelengkap untuk menjaga stamina. Minum suplemen di waktu yang tepat, sebaiknya setelah makan.
Kesehatan tidak hanya bergantung pada makanan, tetapi juga pada pola istirahat. Banyak jemaah terlalu semangat hingga melupakan waktu tidur. Padahal, tubuh butuh waktu untuk memulihkan diri. Tidur minimal 6 jam per hari sangat dianjurkan. Jika tidak memungkinkan, manfaatkan waktu jeda untuk tidur siang selama 30 menit. Hindari berjalan jauh tanpa perlindungan kepala saat siang hari. Gunakan payung atau topi untuk menghindari serangan panas. Jangan paksakan diri jika tubuh sudah merasa lelah. Kunci utama dari stamina adalah keseimbangan antara aktivitas, makan, dan istirahat. Bila semua dijalankan dengan baik, tubuh akan tetap prima selama haji.
Bagi penderita diabetes, hipertensi, atau gangguan ginjal, menjaga asupan sangat penting. Dokter gizi menyarankan agar jemaah dengan penyakit tertentu membawa bekal makanan sendiri. Hindari makanan tinggi garam, gula, dan lemak jenuh. Konsumsi protein rendah lemak seperti dada ayam atau tahu bisa menjadi alternatif. Gunakan bumbu alami dan hindari penyedap instan. Jangan lupa membawa obat-obatan pribadi dan catatan medis. Informasikan kondisi kesehatan kepada ketua kloter atau petugas kesehatan. Untuk jemaah lansia, tekstur makanan juga harus diperhatikan. Makanan lunak lebih mudah dikunyah dan dicerna. Perhatikan pula kebersihan makanan agar tidak terkontaminasi. Gunakan wadah bersih dan tutup rapat setelah makan.