Fakta Sehari – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bersama rumah sakit daerah di berbagai provinsi kini intensif memperkuat penanganan penyakit jantung bawaan. Penyakit ini menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada bayi dan anak di Indonesia. Angka kejadian terus meningkat setiap tahun, terutama di wilayah dengan keterbatasan fasilitas medis. Kolaborasi IDAI ini ditujukan untuk mempercepat deteksi dini serta penanganan yang lebih tepat. RSUD di berbagai daerah kini dilibatkan dalam program pelatihan dan pembaruan standar pelayanan. Dalam prosesnya, IDAI juga memberikan dukungan dalam bentuk alat bantu diagnostik. Termasuk pelatihan penggunaan echocardiography dan alat monitoring lainnya.
Salah satu masalah utama dalam kasus jantung bawaan pada anak adalah keterlambatan diagnosis. Banyak kasus tidak terdeteksi hingga anak mengalami gagal tumbuh atau sesak berat. Bahkan sebagian ditemukan setelah kondisi sudah sangat parah dan memerlukan operasi besar. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan alat serta tenaga medis yang belum terlatih. Di daerah, dokter umum dan perawat sering tidak mengenali tanda-tanda awal. Akibatnya, penanganan terlambat dan risiko kematian meningkat. Kolaborasi antara IDAI dan RSUD bertujuan memutus siklus ini. Pelatihan dokter dan bidan sangat ditekankan agar gejala awal bisa dikenali lebih cepat.
“Baca Juga : Kecanduan Gula Bisa Dikurangi dengan 7 Minuman Ini”
IDAI menyelenggarakan pelatihan intensif selama dua pekan di 15 RSUD yang tersebar di pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Pelatihan ini difokuskan pada identifikasi gejala, penggunaan alat, serta manajemen rujukan. Tim pelatih terdiri dari dokter spesialis jantung anak serta ahli gizi anak. Selain itu, peserta juga dilatih cara berkomunikasi dengan orang tua pasien. Pasalnya, keterbukaan informasi medis menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan. Dalam modul pelatihan, juga disertakan simulasi kasus dengan alat bantu multimedia. Evaluasi berkala dilakukan setiap tiga bulan untuk mengukur peningkatan kapasitas layanan.
IDAI bersama mitra sponsor menyumbangkan sejumlah perangkat untuk mendukung RSUD. Termasuk echocardiography portabel, oksimeter neonatal, serta alat EKG mini. Alat-alat ini dapat membantu deteksi dini tanpa harus merujuk ke rumah sakit besar. Selain itu, RSUD juga diberikan akses ke sistem konsultasi daring dengan dokter spesialis. Lewat platform ini, dokter daerah bisa mengirim data pasien untuk ditinjau pakar IDAI. Fitur ini sangat membantu daerah terpencil yang tidak memiliki dokter subspesialis jantung. Pemerintah daerah turut diminta mendukung dengan menyediakan koneksi internet dan sumber daya tambahan.
“Simak juga: Erick Thohir Ingin Pensiunan Himbara Berdaya Guna Lagi”
Dalam pendekatan baru yang dikembangkan, IDAI juga menekankan pentingnya peran keluarga. Orang tua pasien dilibatkan aktif dalam edukasi tentang penyakit jantung bawaan. Mereka diberikan brosur dan video edukasi dalam bahasa lokal. Selain itu, digelar pula sesi konseling untuk mendampingi emosi mereka. Keterlibatan keluarga terbukti mempercepat proses pemulihan anak. Dengan pemahaman yang baik, keluarga bisa mendukung terapi rutin dan kontrol lanjutan. Di beberapa daerah, kelompok pendamping keluarga pasien mulai terbentuk. Komunitas ini menjadi tempat berbagi pengalaman dan saling memberi semangat.