Fakta Sehari – Program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) menjadi solusi medis bagi pasangan yang mengalami kesulitan memiliki anak. Prosedur ini memungkinkan sel telur dibuahi di luar tubuh, lalu ditanamkan kembali ke rahim calon ibu. Semakin hari, teknologi IVF makin berkembang dan tingkat keberhasilannya pun meningkat. Meski demikian, faktor usia tetap menjadi penentu utama yang memengaruhi peluang kehamilan. Banyak pasangan yang belum menyadari bahwa waktu memainkan peran penting dalam keberhasilan program ini.
IVF dimulai dengan proses stimulasi ovarium menggunakan hormon khusus. Tujuannya untuk menghasilkan lebih banyak sel telur yang matang. Setelah itu, dokter akan mengambil telur melalui prosedur aspirasi ringan. Selanjutnya, sperma dari pasangan atau donor dicampurkan untuk proses pembuahan di laboratorium. Setelah embrio terbentuk, dokter akan memilih yang paling sehat untuk ditanamkan ke dalam rahim. Proses ini memerlukan waktu dan kesabaran, serta pemantauan medis yang ketat selama beberapa minggu.
“Baca Juga : Hukuman Berat: STR Dicabut Seumur Hidup untuk Dokter Kasus Pemerkosaan”
Usia wanita sangat menentukan jumlah dan kualitas sel telur. Wanita berusia di bawah 35 tahun memiliki tingkat keberhasilan IVF yang lebih tinggi. Seiring bertambahnya usia, kualitas sel telur menurun dan risiko keguguran meningkat. Di atas usia 40 tahun, peluang keberhasilan bisa turun hingga di bawah 15 persen. Hal ini karena jumlah sel telur yang sehat menjadi sangat terbatas. Oleh karena itu, dokter biasanya menyarankan memulai IVF sedini mungkin jika ada kendala kesuburan.
Wanita di atas 40 tahun yang menjalani IVF cenderung menghadapi risiko komplikasi lebih besar. Beberapa di antaranya termasuk tekanan darah tinggi selama kehamilan dan preeklamsia. Selain itu, ada kemungkinan kelahiran prematur atau berat badan bayi yang rendah. Tidak hanya fisik, beban emosional juga lebih tinggi pada kelompok usia ini. Pasangan harus benar-benar paham risiko medis sebelum memutuskan melanjutkan prosedur IVF di usia lanjut.
“Simak juga: Kupas Tuntas Kemampuan Kamera Vivo X200 di Indonesia”
Meski tidak sejelas pada wanita, pria juga mengalami penurunan kualitas sperma seiring bertambahnya usia. Produksi sperma mungkin tetap berlangsung, tetapi mobilitas dan struktur genetiknya dapat menurun. Hal ini memengaruhi tingkat keberhasilan pembuahan di laboratorium. Usia pria di atas 45 tahun juga dikaitkan dengan risiko kelainan genetik pada bayi. Oleh karena itu, evaluasi kesuburan pria juga penting dilakukan sebelum memulai program bayi tabung.
Untuk pasangan yang belum siap memiliki anak namun khawatir soal usia, pembekuan sel telur bisa menjadi solusi. Prosedur ini memungkinkan wanita menyimpan sel telur di usia muda untuk digunakan di masa depan. Embrio juga bisa dibekukan setelah proses pembuahan untuk ditanamkan kemudian. Teknologi ini memberikan fleksibilitas lebih dalam perencanaan keluarga, terutama bagi mereka yang mengejar karier atau menghadapi kondisi medis tertentu.
Sebelum memulai IVF, pasangan akan menjalani serangkaian tes kesuburan. Tes ini mencakup analisis hormon, pemeriksaan ultrasonografi ovarium, serta kualitas sperma. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menentukan penyebab infertilitas dan strategi terbaik yang harus diambil. Evaluasi juga membantu dokter memilih dosis hormon yang tepat dan teknik IVF yang paling sesuai. Persiapan yang matang dapat meningkatkan peluang keberhasilan secara signifikan.
IVF bukan hanya soal fisik, tetapi juga mental. Banyak pasangan mengalami stres, kecemasan, hingga tekanan sosial selama menjalani program ini. Karena itu, dukungan psikologis menjadi komponen penting dalam keseluruhan proses. Klinik-klinik kesuburan biasanya menyediakan layanan konseling agar pasien tetap kuat secara emosional. Pasangan juga dianjurkan saling mendukung dan terbuka terhadap kondisi masing-masing. Mental yang sehat meningkatkan ketahanan dalam menghadapi dinamika program yang panjang dan melelahkan.
Biaya program IVF di Indonesia berkisar antara 60 hingga 100 juta rupiah per siklus. Angka ini belum termasuk biaya obat dan tes lanjutan jika diperlukan. Biaya tinggi menjadi tantangan bagi banyak pasangan, terutama di daerah yang akses kliniknya terbatas. Beberapa rumah sakit pemerintah sudah mulai menyediakan layanan ini dengan biaya lebih terjangkau. Namun, masih dibutuhkan upaya lebih besar dari pemerintah untuk memperluas akses dan edukasi tentang IVF.
Jika satu siklus IVF gagal, bukan berarti peluang sudah habis. Banyak pasangan perlu menjalani 2 hingga 3 siklus sebelum berhasil. Dokter biasanya akan mengevaluasi penyebab kegagalan dan menyesuaikan strategi untuk siklus berikutnya. Beberapa pasangan juga memilih opsi donor sel telur atau embrio jika diperlukan. Alternatif lain termasuk adopsi, yang tetap menjadi pilihan mulia bagi mereka yang siap menjadi orang tua.
Teknologi IVF terus mengalami kemajuan, seperti penggunaan kecerdasan buatan untuk memilih embrio terbaik. Teknik penyimpanan embrio kini lebih stabil dan aman dibanding sepuluh tahun lalu. Bahkan beberapa klinik mulai mengembangkan teknik yang bisa menanamkan embrio tanpa rasa sakit. Harapan pun semakin besar bagi pasangan yang dulu merasa tak mungkin memiliki anak. Dunia medis bergerak cepat, memberikan peluang lebih luas dalam perencanaan keluarga masa kini.