Fakta Sehari – Puasa ekstrem yang dilakukan Ashanty selama 120 jam menarik perhatian banyak pihak. Artis dan istri Anang Hermansyah ini mengaku menjalani puasa panjang tersebut untuk tujuan tertentu. Namun, keputusan ini menimbulkan beragam reaksi, terutama dari kalangan ahli gizi. Puasa yang dilakukan lebih dari lima hari ini memang jarang ditemui, sehingga menimbulkan kekhawatiran. Banyak yang bertanya-tanya apakah tindakan tersebut aman bagi tubuh, terutama bagi seseorang yang terlibat dalam aktivitas fisik yang padat.
Ashanty memutuskan untuk menjalani puasa ekstrem ini sebagai tantangan pribadi. Dia menyebutkan bahwa selama proses tersebut, tubuhnya memang terasa lemah. Selain itu, dirinya juga mengaku mengalami berbagai kesulitan yang mungkin tidak dirasakan oleh mereka yang biasa menjalani puasa dalam jangka waktu lebih singkat. Meskipun demikian, Ashanty tetap melanjutkan puasa panjangnya dengan penuh tekad dan semangat.
“Baca Juga :Review Edifier WH700NB Pro: Headphone ANC dengan Harga Terjangkau”
Puasa ekstrem seperti yang dilakukan oleh Ashanty dapat memberikan dampak yang besar pada tubuh. Menurut ahli gizi, tubuh membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan perubahan pola makan yang drastis. Puasa lebih dari lima hari dapat menyebabkan tubuh kekurangan asupan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan metabolisme. Kondisi ini bisa memengaruhi daya tahan tubuh, serta kemampuan tubuh dalam melakukan berbagai fungsi vital.
Selama puasa panjang, tubuh mulai membakar cadangan lemak untuk dijadikan energi. Proses ini dikenal dengan sebutan ketosis. Ketosis dapat membantu tubuh menghasilkan energi dari lemak yang disimpan. Namun, jika puasa terlalu lama, tubuh juga dapat kehilangan massa otot, yang berisiko menurunkan kekuatan fisik dan daya tahan tubuh. Ahli gizi mengingatkan agar puasa dilakukan dengan penuh pertimbangan, serta dengan pengawasan medis.
“Simak juga: Tarif Pajak 12% Dibatalkan: Apa Dampaknya bagi Ekonomi?”
Penting untuk diingat bahwa puasa ekstrem tidak cocok untuk semua orang. Mereka yang memiliki kondisi medis tertentu, seperti gangguan jantung, diabetes, atau gangguan metabolik, harus berhati-hati saat memutuskan untuk melakukan puasa dalam jangka panjang. Puasa ekstrem bisa memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum mencoba puasa yang lebih lama dari biasanya.
Selain itu, tubuh memerlukan cairan yang cukup untuk berfungsi dengan baik. Jika seseorang berpuasa tanpa asupan cairan dalam waktu lama, dehidrasi bisa terjadi. Dehidrasi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti pusing, kelelahan, dan penurunan konsentrasi. Oleh karena itu, penting untuk memastikan tubuh tetap terhidrasi, terutama saat melakukan puasa panjang.
Para ahli gizi memberikan beberapa rekomendasi bagi orang yang ingin menjalani puasa panjang. Salah satunya adalah untuk memastikan asupan gizi yang seimbang selama waktu makan. Mengonsumsi makanan bergizi yang kaya akan vitamin, mineral, dan protein sangat penting untuk menjaga tubuh tetap sehat. Selain itu, menghindari aktivitas fisik yang berlebihan juga sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang berpuasa lebih dari beberapa hari.
Pada akhirnya, puasa memang bisa membawa manfaat jika dilakukan dengan cara yang benar. Namun, jika dilakukan dengan ekstrem tanpa pengawasan, dampaknya bisa berbahaya. Oleh karena itu, penting untuk mendengarkan tubuh dan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dalam menjalani puasa tidak mengorbankan kesehatan jangka panjang.